[Fanfiction] Bad Girl Good Girl || Part 3

Title : Bad Girl Good Girl
Cast :
– Jung Minhwa
– Kim Taehyung
– Kim Seokjin
– Min Yoon Gi
– Park Jimin
– Jung Hoseok
– And other cast ^^

 

Happy Reading~
Big Hit entertainment, perusahaan berbasis hiburan terbesar di Korea. Tidak mudah bagi Minhwa untuk masuk ke dalam gedung tersebut tanpa ada koneksi karena sistem penjagaan yang begitu ketat.

“Bukankah itu Jin?”
Pertanyaan Jimin membuat Minhwa menganggukkan kepalanya. Saat ini mereka sedang berada di salah satu studio tempat pemotretan Kim Seok Jin. Mereka menyamar sebagai staff baru sehingga mudah untuk mengawasi gerak-gerik Jin.

“Aku ingin memonitori satu persatu..” ucap Minhwa sambil mengambil beberapa jepret foto dengan ponselnya.

“Jadi kau ingin mengawasi satu persatu dari mereka?” tanya Jimin yang masih belum mengerti maksud Minhwa.

“Yaa..” jawab Minhwa singkat. “Dapatkan jadwal Jin dari managernya. Kita harus mempersiapkan semuanya..” ujarnya sambil menunjuk seorang ahjussi yang terlihat sedang menelpon seseorang di salah satu sudut ruangan tersebut.

Jimin menganggukkan kepalanya, mengerti.
***
Terlihat Minhwa memasuki sebuah kafe elit di area Gangnam. Kafe itu terlihat cukup ramai, namun begitu nyaman sebagai tempat peristirahatan, diskusi, atau sekedar bertemu dengan kawan lama.

“Bisakah aku minta segelas vanilla latte?” pinta Minhwa pada seorang pelayan disana yang Minhwa sangat mengenalnya.

Pelayan itu menganggukkan kepalanya dan mengambilkan pesanan Minhwa, hingga akhirnya tidak sengaja perempuan itu melihat Minhwa membuka dompetnya yang didalamnya terpampang foto yang tidak asing baginya. Ia tersadar akan sesuatu saat Minhwa mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari dompet itu.

“Apa kau.. Jung Minhwa?”
Pertanyaan itu membuat Minhwa mengernyitkan dahinya. Ia pura-pura berfikir untuk mengingat sesuatu.

“Kau.. Hyosun?”
Pertanyaan Minhwa lekas membuat guratan senyum pada perempuan penjaga kafe itu.

“Minhwa-ya!! Aigoo.. bagaimana bisa aku hampir tidak mengenalmu? Kau.. kau terlihat begitu menakjubkan..” ujarnya yang begitu terpesona dengan Minhwa yang menurutnya cukup berubah sekarang. “Apa kau sendirian?” tanyanya.

Minhwa tersenyum dan mengangguk. “Apa kau ada waktu?” tanyanya.

Perempuan bernama Hyosun itu segera pergi ke belakang menghampiri seorang laki-laki yang Minhwa duga sebagai bosnya. Tak perlu menunggu lama, Hyosun kembali menghampirinya.

“Aku ada waktu untuk istirahat, namun bos tidak mengijinkanku keluar dari kafe,” ujarnya dengan perasaan kecewa.

Minhwa mengangguk mengerti. “Tak apa.. kita mengobrol saja disini..” kata Minhwa yang membuat Hyosun tersenyum. “Dimana tempat duduk ternyaman disini?” tanyanya. Hyosun segera menggandeng Minhwa menuju tempat duduk yang ada di pojok kafe, dekat dengan jendela yang cukup jauh dari jalanan sehingga suasananya cukup tenang.

“Aku tidak menyangka dapat bertemu denganmu dalam keadaan yang seperti ini..” kata Hyosun saat ia duduk ke kursinya. Minhwa hanya menjawabnya dengan senyuman.

“Bagaimana kabarmu?” tanya Minhwa mencoba membuka pembicaraan setelah ia duduk di kursinya.

“Yaa.. seperti yang kau lihat. Tangan masih ada dua, kaki masih bisa untuk berjalan, hanya aku merasa semakin gemuk akhir-akhir ini..”
Jawaban Hyosun membuat Minhwa terkekeh.

“Bagaimana denganmu?” tanya Hyosun balik.

“Yaa.. seperti yang kau lihat.. aku masih utuh..” jawab Minhwa tak mau kalah dari Hyosun. Hyosun tersenyum mendengar jawaban Minhwa.

“Jawabanmu tak berubah dari dulu..” kata Hyosun yang membuat senyum Minhwa mengembang. “Bagaimana dengan studimu?” tanyanya.

“Yaa.. semua baik-baik saja. Hanya saja aku kira kuliah ini lebih melelahkan daripada sekolah dulu..” jawab Minhwa diikuti anggukan oleh Hyosun. “Bagaimana denganmu? Kau.. bekerja disini sekarang?”

“Yaa.. kau tau.. kebutuhan keluargaku cukup banyak.. aku tak bisa membiarkan adikku mengalami masa-masa sulit sepertiku.. jadi aku harus terus bekerja apapun itu selagi aku bisa..” jawabnya. Minhwa menganggukkan kepalanya.

“Kau begitu bekerja keras untuk mereka.. Mereka pasti sangat beruntung karena memilikimu..” ucap Minhwa yang membuat Hyosun tersipu malu.

“Tapi.. selama 2 tahun ini.. perubahanmu cukup mengejutkanku.. Jika aku tidak melihat foto yang ada di dompetmu tadi aku pasti sudah tidak mengenalmu..” ujar Hyosun yang membuat Minhwa terkekeh.

“Kau terlalu berlebihan.. Katakan saja kau sudah melupakanku..” kata Minhwa sambil melipat tangannya.

“Tidak.. kau tau.. Kau sekarang begitu.. begitu.. menakjubkan! Sepertinya kau benar-benar merawat dirimu selama 2 tahun terakhir ini..” tutur Hyosun.

Minhwa tersenyum simpul. “Kau sangat jeli, Hyosun-ya.. Aku memang melakukan beberapa operasi kecil untuk mempercantik wajahku..” terang Minhwa yang membuat mata Hyosun terbelalak.

“Kau.. Apa kau tidak puas dengan kecantikan yang kau punya? Dulu, sebelum operasi pun kau sudah cantik. Bahkan kau dinobatkan sebagai perempuan paling cantik di sekolah..” kata Hyosun yang masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar tadi dari Minhwa.

“Ya. Bahkan aku banyak ditawari oleh beberapa perusahaan. Aku masih ingat itu. Tapi, aku melakukan operasi bukan karena itu. Aku hanya merasa aku harus melakukannya..” jawab Minhwa yang membuat kekecewaan di wajah Hyosun tak tertahankan.

“Padahal aku dulu mengagumimu karena kau begitu percaya diri dengan penampilanmu..” ucapnya. Minhwa menganggukkan kepalanya.

“Aku juga merasa kecewa beberapa saat setelah itu, namun akhirnya aku tidak menyesali keputusanku.. Karena kini, teman kita selalu terkagum-kagum ketika mereka melihatku.. Dan aku rasa itu menyenangkan, dikagumi oleh orang yang dulu membully-mu..”

Hyosun tersenyum, kagum dengan sifat Minhwa. “Yaakk.. seperti yang aku duga.. Jung Minhwa memang belum berubah sejak dahulu..” kata Hyosun sambil menepuk pundak Minhwa. “Lalu bagaimana kabarmu dengan Namjun oppa? Apa kau sudah putus dengannya?” tanya Hyosun tiba-tiba.

“Yaa.. seperti itulah..” jawab Minhwa malas.

“Kenapa?”

“Dia terlalu sibuk dengan urusannya..”

“Bagaimana dengan Yoon Gi oppa?” tanya Hyosun yang penasaran dengan kisah cinta Minhwa.

“Bukankah aku sudah bilang padamu bahwa aku tidak pacaran dengan Yoon Gi oppa?”

Hyosun langsung menggosok tengkuknya yang tidak gatal. “Ahh.. matta! Mian.. habisnya kau dengan Yoon Gi terlihat sangat romantis..”

“Kau dengan Jin oppa lebih romantis..” ucap Minhwa tiba-tiba yang membuat Hyosun langsung salah tingkah.

“Ahh.. itu..”

Minhwa terkekeh melihat Hyosun yang raut wajah berubah memucat.

“Sekarang kita impas bukan? Jangan ungkit mantanku dan aku tidak akan mengungkit mantanmu..” ucap Minhwa yang membuat Hyosun mengangguk lemas.

“Arraseo. Jadi.. sekarang kau tidak punya pacar?”

Minhwa menganggukkan kepalanya. “Ya.. kami baru putus kemarin..”

“Kemarin?!” kaget Hyosun

“Ya.. dia ketahuan selingkuh..”

Hyosun menepuk pelan bahu Minhwa. “Ahh.. aku turut berduka untuk itu..”

“Aku juga tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini untuk yang kesekian kalinya..” ucap Minhwa sebelum meneguk minumannya.

“Kau benar. Semua orang hampir mengenalmu sebagai bad girl karena kau sering berganti pasangan, padahal mereka tak tau bahwa sebenarnya kaulah yang tersakiti..”

“Kau benar-benar Hyosunku..” kata Minhwa yang membuat Hyosun tersenyum.

“Lalu bagaimana denganmu? Apa kau sudah memiliki pacar baru yang menggantikan Jin oppa?”

“Emm.. itu..”

“Kau memilikinya bukan? Kau tidak bisa berbohong padaku..” goda Minhwa.

“Itu..”

“Tak apa jika kau tidak mau mengenalkannya padaku. Aku yakin kau sangat khawatir laki-laki itu lari padaku..” canda Minhwa yang membuat Hyosun mengerucutkan bibirnya.

“Tidak sama sekali! pacarku bukan orang yang gampang!” seru Hyosun yang membuat Minhwa terkekeh.

“Begitukah? Bagus jika begitu. Aku harap kau bisa menjaganya dengan baik. Tidak mudah mendapatkan laki-laki yang seperti itu. Kau tau bukan banyak sekali laki-laki brengsek di dunia ini? Jangan pernah jadi sepertiku yang selalu dipermainkan banyak laki-laki..” ucap Minhwa sambil menyunggingkan senyum tipisnya penuh arti.
***
“Bagaimana hari ini?” tanya Hoseok saat melihat Minhwa masuk ke rumah.

“Melelahkan. Hyosun masih mengingat mantan-mantanku. Bahkan Yoon Gi oppa dan Namjun disebutnya.” jawab Minhwa yang langsung merebahkan tubuhnya di sofa panjang dekat dengan kursi yang diduduki Hoseok sekarang.

“Lalu apa rencanamu selanjutnya?” tanya Yoon Gi yang menghampiri Minhwa sambil membawa segelas air putih untuk Minhwa. Minhwa langsung bangun dan meminum air putih itu.

“Aku rasa aku harus mendekati Jungkook mulai sekarang..” jawab Minhwa setelah menghabiskan air putih itu.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Hoseok dengan nada yang sedikit diperhalus, membuat Minhwa mengernyitkan dahinya.

“Tentu. Memangnya kenapa?”

“Jika itu memang sakit jangan ditahan..” imbuh Yoon Gi yang membuat Minhwa menoleh kepadanya.

“Apanya yang sakit?” tanya Minhwa yang semakin bingung.

“Hatimu..” jawab Hoseok yang membuat Minhwa beralih menatap kakaknya.

“Hatiku? Memang hatiku sakit kenapa?” Minhwa menatap Yon Gi dan Hoseok bergantian, bingung dengan apa yang mereka bicarakan.

“Kau menyukai Jin bukan?”
Pertanyaan Hoseok membuat Minhwa menghela nafas berat. Belum sampai Minhwa membuka mulutnya untuk menjelaskan, Yoon Gi sudah lebih dulu mengeluarkan suaranya.

“Kau tidak perlu mencari alasan. Kami sudah tau alasanmu menolak misi ini sebelumnya. Bukan hanya karena Jin seorang artis, tapi juga karena ia cinta pertamamu, bukan? Kau tidak bisa berbohong pada kami..”
Minhwa menggosok-gosok tengkuknya pelan. “Masalah itu..”

“Minhwa-ya, jika itu memang alasanmu kita batalkan saja misi ini. Tidak masalah bagiku jika aku dipenjara, karena itu lebih baik daripada kau akan sakit hati nantinya. Aku akan melindungimu..” kata Hoseok yang memotong kata-kata Minhwa.

“Tunggu sebentar.. kenapa tiba-tiba seperti ini? Apa kalian sekarang begitu mengkhawatirkanku?” tanya Minhwa ragu.

“Bagaimana kami tidak khawatir? Kau ditusuk dari belakang oleh Hyosun yang diam-diam ternyata menjalin hubungan dengan Jin padahal ia tau kau menyukainya.. Bukankah itu sangat menyakitkan?” tanya Jimin yang baru saja keluar dari kamar mandi.

“Apakah itu yang membuatmu tidak bisa percaya pada siapapun termasuk kakakmu sendiri?” tanya Yoon Gi

“Darimana kalian bisa tau?? Hahhh.. Sudahlah oppa, itu tidak ada sangkut pautnya dengan masalah itu, dan aku sudah tidak memiliki perasaan apapun pada keduanya. Aku hanya menganggap ini sebagai proyek..” ucap Minhwa ketus dan langsung pergi ke kamarnya.

“Lihatlah dia. Aku yakin ia tidak baik-baik saja..” ucap Yoon Gi sambil menatap punggung Minhwa yang menjauhi mereka.

[Fanfiction] Not Me!! ||Chaptered||Part 3

Title: I’m Not Her (Not Me!!!)

Author: Ace Min

Cast:

  • Yoon Harim (OC)
  • Min Yoon Gi/Suga (BTS)
  • Jung Haneul (OC)
  • Kim Seok Jin/ Jin (BTS)
  • Kim Tae Hyung/ V (BTS)
  • Park Ji Min/Jimin (BTS)
  • Jeon Jung Kook/Jungkook (BTS)
  • And other cast

Genre: Romance

Rating: T

Length: Chaptered

 

Jika reinkarnasi itu benar-benar ada, dosa apa yang aku perbuat hingga akhirnya sekarang aku mengalami kehidupan yang begitu sulit? -Yoon Gi.

 

Part 3

Suara alunan denting piano yang indah terdengar mengalun merdu dari apartemen tempat Yoon Gi tinggal, apartemen yang memiliki berbagai kelebihan jika dibandingkan apartemen lain yang ada dalam gedung tersebut. Apartemen itu didesain sedemikian rupa sehingga sangat nyaman untuk ditempati.

“Apa kau benar-benar baik-baik saja?”

Yoon Gi menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan Haneul. Ia tau Haneul begitu khawatir dengannya yang begitu kesakitan saat mencoba memainkan lagu arrasementnya. Namun ia ingin mencobanya. Ia ingin mencoba kembali menggeluti musik yang dulu menjadi kesibukannya sehari-hari. Yoon Gi yang duduk di depan pianonya itu membenarkan posisi duduknya sambil menghela nafas panjang setelah sakit kepalanya perlahan menghilang.

“Jangan memaksakan diri, Yoon..” ujar Haneul lagi yang tidak mau Yoon Gi kembali terluka. Yoon Gi kembali menganggukkan kepalanya, lalu kembali mencoba menekan tuts-tuts piano hingga menghasilkan nada yang indah. Tetapi tak seperti yang diharapkan, ia malah semakin kesakitan. Yoon Gi merasa seperti ada dinding tebal yang menahan memori itu untuk kembali, membuat permainan piano Yoon Gi mendadak terhenti.

“Yoon..”

Panggilan Haneul kali ini mendapat respon dari Yoon Gi. Ia memutuskan untuk beristirahat sebentar. Haneul langsung mendorong kursi roda Yoon Gi menjauh dari piano itu menuju balkon untuk menghirup udara segar.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Haneul. Wajahnya tlah dipenuhi kekhawatiran melihat Yoon Gi yang beberapa kali merintih kesakitan seraya memegangi kepalanya.

Yoon Gi menganggukkan kepalanya pelan, menandakan bahwa ia baik-baik saja. “Bisakah kau mengambilkanku air putih?” pinta Yoon Gi. Haneul menganggukkan kepalanya dan langsung pergi ke dapur.

Yoon Gi menatap jauh langit biru yang terbentang di langit. Ia menghela nafas pelan. Ia benar-benar mencoba untuk kembali menjadi Yoon Gi yang dulu, namun sangat sulit baginya. Saat ia mencoba memunculkan kembali bayangan Minhwa dalam kepalanya ia selalu merasa sakit kepala, seperti ada dinding tebal yang menghalangi bayangan itu untuk kembali. Ia menghela nafas lagi, merasa begitu menyesal. Kembali terlintas pikiran Yoon Gi untuk lompat dari balkonnya yang berada di lantai 7. Namun saat ia melihat kebawah, ia melihat seorang yeoja yang familiar baginya sedang berjalan menuju gedung yang ia tempat, membuat ia mengurungkan niatnya.

Haneul yang melihat Yoon Gi berada di pinggir balkon langsung menarik kursi roda Yoon Gi menjauh dari sana.

“Apa yang kau lakukan, Yoon??! Kau mau mati lagi?!!” seru Haneul panik. Yoon Gi yang melihat ekspresi Haneul begitu mengkhawatirkannya hanya menyunggingkan senyumnya.

“Aku melihat Minhwa di bawah tadi..”

Ucapan Yoon Gi membuat Haneul menghela nafas lelah. Ia memegang kepalanya yang terasa akan meledak saat mendengar nama Minhwa muncul dari mulut Yoon Gi.

“Apa kau tersenyum padaku karena kau mau melakukan ini?! Kau tersenyum lagi hanya untuk membuatku tidak mengkhawatirkanmu dan kau bisa melakukan percobaan bunuh diri lagi, kan?!” ucap Haneul dengan nada yang meninggi.

“Haneul-ya..”

“Sudah berapa kali aku mengatakan bahwa Minhwa sudah meninggal, Yoon? Harus berapa kali lagi aku mengatakannya padamu agar kau sadar?! Aku juga manusia Yoon, aku juga bisa lelah.. aku juga bisa marah.. tak bisakah kau mengerti aku?!!” tanya Haneul yang kini kesabarannya tlah habis.

“Maafkan aku jika aku menyakitimu, Haneul-ya.. Tapi aku benar-benar melihatnya tadi..”

Haneul langsung menutup pintu yang menghubungkan ruangan utama dengan balkon dan menurunkan tirai jendela yang ada di ruang itu.

“Tak peduli apapun yang terjadi, Minhwa sudah tiada Yoon. Hanya ada aku dan kau disini. Bahkan jika Minhwa menjadi hantu, malaikat, atau ia hidup kembali kau tetap harus menyangkalnya. Ia sudah meninggal.” ucap Haneul dingin dan langsung meninggalkan Yoon Gi.

***

Suara bel apartemennya membuat Yoon Gi terpaksa memutar kursi rodanya. Tak biasanya bel apartemennya berbunyi, karena Hoseok dan Haneul mengetahui kode apartemennya. Saat ia membuka pintunya, ia melihat seseorang berambut orange berdiri di depan rumahnya dengan raut wajah yang sulit dimengerti.

“Suga, Annyeong! Kau ingat aku?” tanya laki-laki itu dengan tangan kanannya yang terangkat seperti menyapa.

Yoon Gi menyipitkan matanya, mencoba mengingat namja yang berdiri di depannya sekarang.

Bukankah nama itu nama yang bagus? Suga itu berarti gula, manis. Apa aku harus meminta maaf karena aku memanggilmu manis?

Yoon Gi ber-ahh ria saat mengingat siapa yang memanggil Suga itu. Ia adalah namja yang sama saat yeoja yang mirip Minhwa membuatnya terpaksa turun ke lantai bawah untuk membantunya.

“Apa yang membawamu kesini?” tanya Yoon Gi sedikit bingung dengan kedatangan laki-laki itu.

“Aku hanya ingin mengunjungimu dan membicarakan sesuatu. Bisakah kita bicara di dalam?” pinta laki-laki itu. Yoon Gi mengernyitkan dahinya. Ia tidak pernah membawa orang asing masuk ke apartemennya, bahkan terpikir untuk melakukan itu saja tidak.

“Whoaa.. desain apartemenmu berbeda dengan apartemen yang lain..”

Kalimat itu memecah konsentrasinya. Ia melihat laki-laki berambut orange itu telah ada di dalam. Ia menghela nafas pelan. Dasar tidak tau sopan santun! Bahkan aku belum mengijinkannya untuk masuk ia sudah menerobos.

“Aku tidak menyangka apartemen dapat disulap seperti rumah. Tempat ini begitu nyaman ditempati,” kata laki-laki itu saat duduk di sofa.

Setelah menutup pintu apartemennya, ia memutar roda kursinya mendekat pada laki-laki itu.

“Sebenarnya siapa kau? Apa yang kau mau?”

Taehyung menepuk tangannya. “Ah.. aku lupa memperkenalkan diriku. Perkenalkan, namaku Kim Taehyung, kau bisa memanggilku Taehyung. Aku tertarik sekali dengan apartemenmu. Terasa begitu nyaman dan.. aku tidak bisa menggambarkannya dengan kata-kata. Apartemen ini terasa begitu menakjubkan!” ujar Taehyung begitu bersemangat.

“Maaf sebelumnya, tapi bisakah kau pergi sekarang?”

Kalimat Yoon Gi membuat Taehyung mengerutkan dahinya. “Ne?”

“Silahkan pergi dari apartemenku sekarang.” Ucap Yoon Gi yang lebih terdengar seperti mengusir.

“Eii.. aku bahkan belum membicarakan apa yang ingin aku bicarakan..” kata Taehyung mencoba meluluhkan hati Yoon Gi.

“Dan aku tidak berminat mendengarkan apa yang ingin kau bicarakan, Taehyung-ssi. Lebih baik kau segera pergi sekarang, sebelum aku menelpon security untuk mengusirmu..” kata Yoon Gi yang kini benar-benar tak ingin Taehyung ada disana.

“Whoaa.. apa kau mengancamku? Aku calon tunangan Harim, anak pemilik apartemen ini.. Dan kau berani mengusirku??” tanya Taehyung tak percaya.

“Ne. Aku mengusirmu. Jadi pergilah sekarang.” Jawab Yoon Gi enteng.

“Baiklah.. aku akan pergi sekarang.. tapi aku berharap kau tidak menyesali keputusanmu, Suga-ssi,” ancam Taehyung yang hanya dibalas seulas senyum oleh Yoon Gi.

***

Harim sedang mendengarkan lagu saat ia mendapat telepon dari Jin yang mengajaknya untuk makan malam hari ini. Setelah menentukan dimana mereka akan bertemu untuk makan siang, Harim segera bersiap untuk makan malam bersama Jin. Saat akan menutup pintu balkonnya, ia melihat Yoon Gi duduk diatas kursi rodanya sendirian di balkon. Ia terlihat sedang mencoba untuk berdiri dari kursi rodanya sambil berpegangan pada pagar balkon. Ia tersenyum simpul saat berhasil berdiri walau tangannya harus menahan badannya agar tidak jatuh.

Apa benar kata Jin oppa bahwa dia sudah sembuh?

Harim segera menutup pintu balkonnya saat sadar bahwa Jin pasti sudah menunggunya. Ia segera mengemasi barang-barangnya dan bersiap untuk pergi ke tempat yang sudah mereka janjikan. Namun saat ia sampai di depan apartemen, ia melihat ada kerumunan orang disana. Harim yang penasaran segera berjalan mendekat dan menerobos kerumunan itu. Matanya terbelalak tak percaya ketika melihat apa yang ada di tengah kerumunan itu. Min Yoon Gi berlumuran darah tak sadarkan diri disana.

***

[Fanfiction] Bad Girl Good Girl || Part 2

Title       : Bad Girl Good Girl

Cast       :

  • Jung Minhwa
  • Kim Taehyung
  • Kim Seokjin
  • Min Yoon Gi
  • Park Jimin
  • Jung Hoseok
  • And other cast ^^

 

Happy reading~

 

Hoseok menerobos masuk kamar Minhwa tanpa mengetuk pintu, membuat Minhwa yang sedang menonton film teralih perhatiannya dari TV yang ada di kamarnya.

“Kenapa oppa masuk tanpa mengetuk pintu?” protes Minhwa.

Hoseok tidak menjawab pertanyaan Minhwa. Ia terdiam sejenak menatap Minhwa, lalu melepar buku tabungan ke hadapan Minhwa. Gadis itu hanya dapat menatap Hoseok bingung.

“Dari mana kau dapatkan uang sebanyak itu?” tanya Hoseok dengan nada yang dingin.

“Yaa.. dari sana-sini..” jawab Minhwa setengah bercanda tetapi Hoseok tidak berfikir begitu.

“Kau pikir aku sedang bercanda?”

Ujaran kakaknya membuat Minhwa mendesah pelan. “Apa aku tidak boleh memiliki uang banyak?” tanyanya sambil mematikan televisinya.

“Kau dapat dari mana uang itu?” tanya Hoseok yang tak bergeming dari pertanyaan awalnya.

“Itu..”

“Cepat katakan..” paksa Hoseok.

Minhwa mengedikkan bahunya. “Dari sana-sini. Banyak mantanku yang mengirimiku uang. Ada juga beberapa klien kita yang mengirim uang sebagai tanda terima kasih. Aku.. mendapatkannya dari sana-sini..” jelas Minhwa.

“Kau pikir itu masuk akal?”

Minhwa menganggukkan kepalanya mantap. “Tentu saja. Bahkan jika aku mau menelpon Taehyung sekarang dan mengatakan kalau kakakku mengalami kesulitan dana untuk menjalankan bisnisnya, ia akan langsung memberiku 600 juta won dengan cuma-cuma..”

Hoseok menghela nafas berat. “Kau pikir semua selesai dengan uang?”

Minhwa kembali menganggukkan kepalanya. “Tentu. Bukankah uang dibayar dengan uang?”

Hoseok melipat tangannya ke depan dada. “Apa kau pikir aku menerima tawaran Kim Seok Jin karena uang?”

“Lalu apa lagi? Bukankah kita hidup seperti ini juga karena uang? Menghancurkan hubungan seseorang, mempersatukan seseorang dengan orang yang sebenarnya bukan jodohnya, bermain dengan cinta yang sebenarnya merupakan takdir Tuhan, bukankah itu semua karena uang?” tanya Minhwa dengan nada yang sedikit tinggi, membuat kakaknya mendesah untuk yang kesekian kalinya, mencoba menahan amarahnya.

“Jin tau semuanya. Ia tau semua mengenai bisnis kita. Ia akan melaporkan kita ke polisi jika kita tidak mau menerima tawarannya.”

“Ia tidak memiliki bukti yang kuat untuk menuntut kita..”

Hoseok menggelengkan kepalanya. “Orang tua Kim Taehyung adalah rekan bisnis ayah Jin. Ia sudah tau apa yang kita lakukan pada Taehyung. Ia akan menuntut kita dengan pasal berlapis atas kebohongan yang direncanakan dan penipuan kita jika kita tidak melakukan apa yang ia mau..” jelas Hoseok yang membuat Minhwa mendecak pelan.

“Beraninya ia mengancam. Memang berapa yang ia tawarkan?” tanya Minhwa.

“2 M. 1 M tlah masuk ke rekeningku, beberapa menit yang lalu.” Jawab Hoseok yang membuat Minhwa mengerutkan keningnya.

“Apa dia gila?”

Hoseok menganggukkan kepalanya. “Ya.. dia gila karena satu wanita.. Cinta pertamanya..”

“Song Hyo Sun..”

Desisan Minhwa itu terdengar di telinga kakaknya, membuat Hoseok sedikit memiringkan kepalanya. “Kau tau dia?”

Minhwa menganggukkan kepalanya. “Aku tau semuanya. Hyosun.. satu-satunya teman yang aku miliki.”

“Jadi.. Jin jatuh cinta dengan temanmu?” tanya Hoseok mencoba memastikan.

“Molla.. Aku benar-benar tidak mau melakukan proyek ini.. Jika oppa ingin melakukannya maka lakukan sendiri..” kata Minhwa sambil berjalan keluar dari kamarnya menuju dapur.

“Minhwa..” panggil Hoseok yang mengikuti Minhwa keluar.

“Aku menolaknya. Oppa lakukan sendiri saja.. jangan ikutkan aku..” ucapnya saat menuangkan air putih ke gelasnya.

“Minhwa-ya..” Hoseok mencoba untuk mencairkan kekeraskepalaan adiknya.

“Apa ia tau mengenai aku?! Kenapa ia melakukan ini semua?! Apa ia ingin melakukan balas dendam karena aku telah menyakiti Taehyung?!” kesal Minhwa sehabis meneguk segelas penuh air putihnya.

“Ini semua tidak ada hubungannya denganmu, Minhwa. Aku sudah memastikannya, dan ia tidak mengenalmu. Ia hanya sebatas tau hingga orang yang memberi kita proyek untuk memisahkan Taehyung dengan Jiyoung, tidak ada sangkut pautnya denganmu dan kita. Sepertinya ia menyewa mata-mata pada Taehyung selama ini..”

Penjelasan Hoseok membuat Minhwa menoleh menatap kakaknya. “Jadi.. Dia tau semuanya?” tanyanya ragu.

Hoseok mengangguk. “Ya. Semuanya, tetapi tidak dengan tim dan rencana kita. Kau tau semua yang kita kerjakan sangatlah halus..”

Minhwa mendesah pelan. “Lalu apa yang akan oppa lakukan?”

“Aku akan melakukan apa yang kau ingin lakukan. Jimin mengatakan padaku untuk mendengarkanmu kali ini, karena ia sangat mengkhawatirkanmu.”

Jawaban kakaknya membuat ia menggigit bibir bawahnya. Keputusan kini ada di tangannya, antara ia akan melakukan atau tidak.

“Pikirkan ini matang-matang, Min.. Jangan egois memikirkan dirimu sendiri.. Pikirkan juga Jimin, Yoon Gi hyung, ibu, dan aku.. Tuntutan itu akan menyita seluruh waktu dan uang kita, menjadikan kita tersangka hingga akhirnya kita membusuk di penjara.. Lebih baik kau pikirkan betul-betul keputusanmu..” kata Hoseok sebelum berjalan meninggalkan Minhwa sendiri di dapur.

Minhwa terdiam sejenak, terlihat seperti berfikir. Ia selalu saja tidak bisa menolak jika hal itu berhubungan dengan keluarganya terutama ibu. Ia tak masalah dengan penjara dan sebagainya, namun ibunya dalam keadaan bahaya karena tak ada yang bisa menjaganya selain Minhwa.

“Oppa! Bisakah aku lihat semua dokumen tentangnya??”

Permintaan Minhwa menghentikan langkah Hoseok yang hampir sampai di ruang keluarga. Hoseok menolehkan kepalanya dan tersenyum penuh kemenangan. Ia membentuk simbol OK dengan tangan kanannya sebelum pergi untuk mengambil dokumen-dokumen yang diminta Minhwa.

***

“..Song Hyo Sun, 20 tahun, seorang waitress di salah satu kafe besar di daerah Gangnam. Ia dulu adalah pacar Jin sewaktu SMA dan..”

“Aku tau! Aku sudah membacanya tadi! Mengapa kau menjelaskannya lagi?! Kau pikir aku bodoh?!” omel Minhwa pada Jimin saat ia membaca data mengenai Song Hyo Sun.

“Kenapa kau tiba-tiba emosian seperti ini? Kau membuatku takut..” ujar Jimin sambil sedikit menjauhkan posisi duduknya dari Minhwa.

“Jelaskan yang satunya..” suruhnya.

Jimin segera mengambil kertas yang lain. “..Jeon Jungkook, 18 tahun, siswa Seoul of Performing Arts. Dia pacar Hyosun sekarang..”

Minhwa menganggukkan kepalanya. “Jadi Jungkook lebih muda..”

“Dia adik Kim Seok Jin..” ucap Jimin saat meneruskan bacaannya, membuat Minhwa menatap Jimin aneh.

“Adik? Bukankah Seok Jin dibesarkan di panti asuhan?”

Jimin menganga mendengar pertanyaan Minhwa. “Bagaimana kau tau bahwa sebenarnya Jin bukan anak kandung Presdir Kim?”

Minhwa mengibas-kibaskan tangannya. “Tidak udah banyak tanya.. jawab saja..” suruhnya.

“Presdir Kim mengangkat Jin saat ia lulus SMA. Beliau yang mengkuliahkan Jin dan membuat Jin sesukses sekarang..” ujarnya dengan nada kesal.

“Lalu Jeon?”

“Dia anak tiri dari pernikahan lama istrinya. Presdir Kim tidak memiliki anak kandung..” jawab Jimin yang membuat evil-smile Minhwa terlukis di wajahnya.

“Jadi ini perang antara anak angkat dan anak tiri hanya untuk gadis penjaga kafe? Konyol sekali..” kata Minhwa sambil terkekeh mengetahui kenyataan yang ada.

“Itu tak sekonyol yang kau pikirkan.. Presdir Kim sangat tidak menyukai yeoja itu..” ujar Jimin mencoba memperingatkan Minhwa, membuat senyuman Minhwa memudar seketika.

“Kenapa kau jadi mengurusi yeoja itu? Aku hanya harus membuat Hyosun menjadi milik Jin kan? Aku tak memiliki urusan apapun dengan Presdir Kim..” timpal Minhwa sambil mendecak kesal.

“Lalu kau akan melakukan apa?” tanya Jimin sambil merapikan kertas-kertas yang berserakan di meja.

“Pertama buat aku dekat dengan Jungkook. Lalu buat situasi sulit untuk Hyosun hingga Jin yang selalu ada disisinya. Aku akan menahan Jungkook..” jawab Minhwa yang membuat Jimin menatapnya kagum.

“Yaa.. kau ini benar-benar penjahat cinta.. memisahkan orang berpacaran demi kontrak 2 milyar..” ledek Jimin yang hanya ditanggapi Minhwa dengan sebuah kedikan bahu.

“Aku sudah pernah memisahkan orang yang sudah menikah.. jadi ini hanya perkara kecil bagiku..” timpal Minhwa sambil tersenyum penuh kemenangan.

“Apa kalian sudah selesai diskusinya?” tanya Hoseok yang menghampiri Minhwa dan Jimin di sofa ruang keluarga.

“Yaa.. hanya tinggal mengurus beberapa hal kecil..” jawab Minhwa sambil membantu Jimin merapikan kertas-kertas disana.

“Oppa, kau bisa membuat aku dekat dengan Presdir Kim, bukan?” tanya Minhwa saat merapikan kertas-kertas itu.

Hoseok mengelus rambut adiknya penuh kasih sayang. “Tentu saja. Apapun untuk melancarkan aksimu, Jung Min Hwa..”

***

Pagi hari yang begitu cerah membuat Minhwa begitu bersemangat untuk memulai aksinya hari ini. Ia sudah menyiapkan semuanya semalam dan ia sudah bersiap untuk menjalankan rencana kejamnya.

“Kau sudah mau berangkat?” tanya Hoseok yang sedang merapikan meja makan saat melihat Minhwa keluar dari kamarnya sudah berpakaian rapi.

“Yaa.. tapi oppa, apa bisa aku minta satu hal?” tanya Minhwa saat berjalan menuju meja makan.

“Apa itu?”

Minhwa menarik salah satu kursi disana. “Aku ingin rencana kita jalan diam-diam. Aku tak ingin Seokjin mencampuri urusan kita. Laporkan saja hal-hal yang harus Jin lakukan, dia tak perlu tau akulah dalang dibalik semua ini..” kata Minhwa saat duduk.

Hoseok menganggukkan kepalanya. “Oppa tau.. mana mungkin oppa membunuh adik sendiri..” ujarnya sambil mengacak-acak rambut adiknya, membuat Minhwa mengerucutkan bibirnya.

“Kau sudah mau berangkat?” tanya Jimin saat ia turun dari tangga dan melihat Minhwa telah duduk manis di meja makan dengan pakaian yang begitu rapi.

“Menurutmu jika aku berpakaian seperti ini aku mau tidur?” protes Minhwa saat Jimin berjalan menghampirinya.

“Kau benar-benar menyebalkan akhir-akhir ini..” celetuk Jimin saat duduk di seberang tempat duduk Minhwa.

“Lalu kenapa kau masih menggunakan kaos singlet seperti itu, ha?” omel Minhwa melihat Jimin yang masih dalam keadaan setengah sadar dari tidur panjangnya.

“Aku? Memangnya kenapa?” bingung Jimin sambil melihat pakaian yang ia kenakan.

“Kau harus mengawasiku, bodoh!” seru Minhwa yang membuat Jimin menganga tak percaya karena ia dipanggil bodoh.

“Aku?”

Yoon Gi yang baru saja bergabung langsung ikut ambil suara dalam perdebatan kedua hoobaenya. “Siapa lagi? Kau ingin aku yang melakukannya?”

Ucapan Yoon Gi membuat mulut Jimin menganga lebih lebar karena tak percaya dengan apa yang ia dengar sekarang. “Hahh.. aku benar-benar kesal sekarang.. Arrrggghh!!!” teriak Jimin yang kehilangan akal sehatnya di pagi hari.

“Cepatlah siap-siap setelah makan..” ujar Hoseok yang membuat Jimin diam. Jimin mengerucutkan bibirnya.

“Arrasseo..” ucapnya sebelum mulai menyantap sandwichnya.

***

 

[Fanfiction] Bad Girl Good Girl || Part 1

Title       : Bad Girl Good Girl

Cast       :

  • Jung Minhwa
  • Kim Taehyung
  • Kim Seokjin
  • Min Yoon Gi
  • Park Jimin
  • Jung Hoseok
  • And other cast ^^

 

Happy Reading~

 

Siapa bilang menjadi orang kaya dan terkenal itu menyenangkan? Siapa bilang orang populer itu hidup nyaman? Kim Seokjin, laki-laki berumur 23 tahun itu yang sudah menjalani kehidupan bergelimang harta dan kepopuleran selama ini. Sosok model, aktor, dan penyanyi Korea yang berbakat, putra dari CEO perusahaan Byunghan yang berkonsentrasi dalam bidang pertambangan. Dirinya begitu sempurna. Kekayaan, kepopuleran, paras yang tampan, dan kepintarannya membuat tak ada orang Korea yang tak mengenalnya. Dan kesempurnaan itu tak ada yang bisa membuat orang lain menolaknya, kecuali sosok Song Hyo Sun, adik kelasnya saat SMA dulu yang sekarang menjadi pacar adik tirinya, Jeon Jung Kook. Ia tak habis pikir Hyosun bisa menolaknya, tetapi ia menerima cinta Jungkook. Apa ini masuk akal?

***

“Dasar laki-laki kurang ajar!!”

Seisi cafe menoleh mendengar umpatan gadis berambut pirang yang berdiri di tengah-tengah ruangan. Park Jiyoung, gadis itu tanpa ragu meraih gelas yang masih penuh dengan jus jeruk dan mengguyur laki-laki pemilik minuman. Orang-orang yang ada di cafe itu terkejut, begitu pula dengan Kim Taehyung, laki-laki yang di guyur dan perempuan yang duduk di hadapannya.

Secepat kilat gadis yang duduk di hadapan Taehyung mengelap air yang ada di wajah tampannya. Pemandangan itu tentu saja membuat Park Jiyoung semakin muak dan mengguyur perempuan itu juga dengan segelas air putih yang ada disana. Mendapati wajahnya yang sekarang basah, gadis itu hanya diam di tempatnya. Pengunjung cafe begitu terkesan dengan drama nyata yang mereka lihat langsung, di depan mata kepala mereka sendiri.

Keheningan bertahan beberapa detik, hingga akhirnya sebuah kalimat penutup membuat guratan senyum samar di wajah perempuan itu.

“Mulai sekarang kita bukan siapa-siapa lagi. Kita sudah selesai, Kim Taehyung. Aku membencimu..”

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Park Jiyoung langsung berlari pergi meninggalkan Taehyung dan perempuan tadi. Taehyung beralih menatap perempuan yang ada di hadapannya.

“Kau memang jahat, Kim Taehyung. Nappeun namja..” tegas perempuan itu yang membuat hati Taehyung remuk seketika. Ia segera berdiri dan merapikan bajunya yang basah karena siraman air tadi, lalu ia mengeluarkan dompet, mengambil beberapa lembar uang dan meletakkannya di atas meja yang berantakan itu.

“Aku berharap kau menyesali perbuatanmu. Aku tidak akan pernah melupakan apa yang terjadi padaku hari ini..”

Itulah kalimat terakhir yang Taehyung dengar dari perempuan itu sebelum ia melenggang keluar dari cafe. Taehyung menghela nafas berat. Bagaimana bisa ia ditinggalkan begitu saja?

Suara bisik-bisik gaduh mulai terdengar dalam cafe. Tak tahan melihat orang-orang disekitarnya mulai bergosip ria, ia segera mengeluarkan ponselnya.

“Jemput aku di Purple cafe..”

***

Jung Minhwa sedang mengeringkan rambutnya yang basah ketika Park Jimin, orang yang tinggal satu rumah dengannya masuk ke kamarnya.

“Kau kena guyur lagi?” tanya laki-laki mungil yang berbadan atletis itu. Jung Minhwa yang melihat pantulan bayangan Jimin dari cermin hanya mendesah pelan.

“Tak bisakah kau mengetuk pintu dulu sebelum masuk?”

Ucapan Minhwa membuat Jimin kembali berjalan keluar lalu mengetuk pintu dan kembali masuk ke kamar Minhwa. Minhwa mendecak pelan sambil mematikan hairdryer-nya, dalam hati ia mendumel karena kebodohan dan kepolosan sosok Park Jimin.

“Aku sudah mengetuknya. Kau kena guyur lagi?” tanya laki-laki itu saat berjalan ke arah Minhwa. Minhwa yang sedang menyisir rambutnya hanya menjawab dengan gumaman.

Park Jimin terkekeh pelan melihat Mihwa yang sepertinya dalam keadaan yang tidak baik.

“Kau masih bisa tertawa?”

Jimin yang kini tak bisa menahan tawanya melihat Minhwa marah langsung tertawa terbahak-bahak hingga air mata keluar dari ujung matanya. Tiba-tiba tawa suara tawa Jimin hilang saat seorang namja berkulit putih susu memukul kepalanya dari belakang, membuat Jimin langsung diam dan berjalan mundur sambil mengelus kepalanya.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya laki-laki itu sambil membantu Minhwa mengikat rambutnya saat Minhwa mengulurkan ikat rambut padanya.

Minhwa tersenyum simpul. “Aku rasa aku beruntung karena hanya diguyur air. Walau sebenarnya begitu memalukan diguyur air oleh perempuan seperti dia, tetapi aku merasa puas. Setidaknya ia tidak menamparku..” jawab perempuan itu sambil membenarkan poninya.

“Jika aku menjadi kau, aku akan mengguyur balik perempuan itu..” ujar Jimin sambil mempraktikan caranya mengguyur perempuan itu.

Minhwa terkekeh pelan melihat tingkah Jimin. “Itu akan membuat imageku buruk dimata Taehyung.. Aku tidak bisa melakukan itu..” timpal Minhwa disela kekehannya.

Suasana mendadak hening ketika layar ponsel Minhwa berkedip-kedip. Ia menghela nafas pelan saat melihat nama Taetae terpampang disana.

“Aku rasa Taehyung benar-benar kau buat gila..”

Minhwa terkekeh pelan mendengar ujaran laki-laki yang mengikat rambutnya. “Apa aku harus mengangkatnya?” tanya Minhwa pada laki-laki itu.

“Biarkan aku yang mengangkatnya!” seru Jimin sambil mengangkat tangan kanannya. Minhwa langsung meraih ponselnya dan memengulurkannya pada Jimin. Jimin menyambut handphone itu dengan senyum khasnya. Minhwa terkekeh melihat Jimin yang terlihat begitu senang saat mau membodohi Kim Taehyung.

Jimin segera mengangkat telepon itu, lalu mengeraskannya.

“Minhwa-ya..”

“Apa lagi yang kau inginkan?!! Kau tau betapa beratnya bagiku untuk melepasnya? Dan apa yang kau lakukan? Apa yang kau lakukan padanya?!!” seru Jimin dengan nada tinggi. Minhwa dan laki-laki yang berdiri di sebelahnya hanya terdiam melihat drama yang coba Jimin buat.

“Jimin-ssi??”

“Orang sepertimu memang tak bisa dipercaya. Mulai sekarang jangan pernah sekalipun mendekatinya atau kau akan habis di tanganku..” ancam Jimin yang membuat Minhwa terpaksa menahan tawanya.

“Dimana Minhwa sekarang? Aku harus bicara dengannya.. Ini semua salah paham..”

“Salah paham? Kau pikir ia bisa percaya dengan kata-katamu? Mulai sekarang jangan pernah menghubungi Minhwa lagi.. Apapun bentuknya.. Jangan pernah hubungi dia atau kau habis di tanganku..” ujarnya langsung menekan tombol merah disana.

“Aku sudah mengurusnya..” ucap Jimin sambil mengangkat handphone itu.

Minhwa menganggukkan kepalanya. “Kau lumayan juga dalam berakting,” katanya sedikit memuji, membuat Jimin besar kepala.

“Kalian semua disini?”

Pertanyaan itu membuat Minhwa, Jimin, dan Yoon Gi, laki-laki yang berdiri di samping Minhwa menoleh ke arah sumber suara. Jung Hoseok, lelaki berambut coklat itu berjalan ke arah Minhwa.

“Aku punya proyek baru untuk kalian,” ucapnya sambil menyerahkan majalah pada Minhwa.

“Kim Seok Jin??!” seru Minhwa saat melihat model yang tertera pada sampul majalah tersebut.

“Apa maksudmu, hyung? Ini proyek baru kita? Bagaimana dengan Jiyoung dan Taehyung?” tanya Jimin yang juga dilanda kebingungan sama dengan Minhwa.

“Lupakan saja mereka.. Ini proyek yang lebih besar dan menguntungkan untuk kita..” jawab Hoseok sambil duduk di kasur Minhwa.

“Aku menolak..” ucap Minhwa tiba-tiba, membuat ketiga laki-laki yang ada disana menoleh ke arahnya.

“Eiihh.. aku belum bacakan misi kita.. Bagaimana kau bisa menolak sebelum tau apa yang akan kita lakukan?” protes Hoseok.

“Aku tidak mau melakukannya. Aku menolaknya. Sudah berapa kali aku katakan, kita tidak akan terlibat kontrak apapun dengan artis. Apapun itu. Tidak akan pernah.” Tegas Minhwa yang membuat Hoseok harus menghela nafas panjang sebelum menjelaskan.

“Apa kau tidak kasihan dengan oppamu? Oppamu ini mati-matian menghidupimu dan kedua penumpang ini.. Kau ingin oppa mati terlilit hutang?”

Minhwa mendengus kesal. “Sebanyak itukah hutang oppa hingga oppa harus mati karenanya?”

Hoseok memanyunkan bibirnya. “Jika iya, apa kau mau membiarkan oppa mati begitu saja?” tanya Hoseok dengan nada setengah mengancam.

“Aku rasa lebih baik jika oppa mati saja..” jawab Minhwa sambil beranjak pergi dari ruangan itu.

“Y..Yak! Minhwa!” seru Jimin yang terkejut mendengar jawaban Minhwa.

“Kalau begitu aku akan mati!!” seru Hoseok kesal. Minhwa yang mendengar itu hanya melambaikan tangan kanannya, tanda ia tidak mau ikut campur urusan kakaknya.

***

Hembusan lembut angin sore Seoul menemani gadis yang duduk di balkon lantai dua rumahnya membaca buku sambil mendengarkan musik kesukaannya. Itu memang menjadi kebiasaannya saat waktu luang jika ia berada di rumah pada sore hari yang cerah. Tidak seperti perempuan lain yang memilih untuk menghabiskan waktu untuk bercanda dengan teman-teman atau berjalan-jalan di mall, Minhwa lebih senang menghabiskan waktunya untuk memperkaya dirinya sendiri dengan berbagai pengetahuan yang ia dapat dari buku-buku yang ia baca.

“Apa kau marah karena oppamu?”

Pertanyaan itu malah membuat Minhwa semakin berkonsentrasi pada bukunya hingga keningnya berkerut, pura-pura tak mendengar apapun.

“Apa kau benar-benar tidak mau karena dia artis?”

Minhwa hanya membalik lembaran buku tersebut saat mendengar pertanyaan itu, masih tidak mau menggubris laki-laki yang sekarang sudah duduk di sampingnya.

“Apa kau marah pada oppamu?”

Kali ini Minhwa yang sudah tidak tahan pada keberisikan laki-laki itu langsung menutup bukunya. “Apa kau memang suka ikut campur urusan orang lain?” tanya Minhwa ketus.

Laki-laki itu menelan ludahnya. “Bukan begitu.. tetapi.. dia melakukan ini juga demi kebaikanmu.. Kau tau berapa hutang kakakmu? Hampir 600 juta won. Kau bisa membayangkannya? Apa kau tega menjual kakakmu seharga 600 juta won?” tanya laki-laki itu.

Minhwa meraih cangkir yang berisi kopi di meja yang terletak di samping kanannya. “Ternyata lebih 100 juta won dari perkiraanku..” ucap Minhwa yang kemudian menyesap kopinya.

Laki-laki itu menganga tak percaya. “Kau.. Kau memberi label harga pada kakakmu? Kakakmu sendiri??!”

Minhwa menganggukkan kepalanya. “Dia lebih mahal dari yang kukira,” jawabnya sambil meletakkan kembali kopinya.

Laki-laki itu mengepalkan tangannya, mencoba menahan amarah. “Apa kau benar-benar menjadi bad girl sekarang?”

Minhwa terkekeh pelan, lalu merawang jauh menatap langit. “Ck. Bahkan patnerku sendiri kini mengataiku seorang bad girl. Apa kau tidak satu kapal lagi denganku sekarang?” tanya Minhwa mencoba menahan amarahnya.

Laki-laki itu menghela nafasnya pelan, mencoba untuk tidak terbawa emosinya. “Bukan begitu.. Tapi.. Oppamu sudah berusaha keras untuk kita semua.. Kini ia di kejar-kejar hutang.. Dan hanya proyek Kim Seok Jin-lah yang dapat menutupi hutangnya..”

Minhwa mengeluarkan buku tabungan dari saku jaketnya, lalu menyerahkannya pada Jimin, laki-laki yang duduk disampingnya. “Ada 500 juta won disana, akan aku cari 100 juta won lagi, jadi jangan terima proyek itu..” ucapnya sebelum meninggalkan Jimin dan uang tabungannya.