[Fanfiction] I’m Not Her (Not Me!!) ||Chaptered||Part 1

Suga

Title: I’m Not Her (Not Me!!)
Author: Ace Min
Cast:
• Yoon Harim (OC)
• Kim Tae Hyung/ V (BTS)
• Jung Haneul (OC)
• Min Yoon Gi/Suga (BTS)
• And other cast
Genre: Romance
Rating : T
Length : Chaptered

Apakah reinkarnasi itu benar-benar nyata? Atau.. mereka diciptakan memiliki begitu banyak persamaan namun berbeda orang tua? Jadi.. setiap orang memiliki kembaran di muka bumi ini? Apakah ia benar-benar orang yang sama? Semakin lama aku pikirkan, hal ini semakin terlihat begitu tidak mungkin. Tetapi ia begitu mirip dengan Minhwa. Sebenarnya siapa perempuan itu? Malaikat? Penyihir? -Yoon Gi

Part 1
Haneul sedang membereskan bukunya ketika Harim beranjak dari tempat duduknya. Hari ini hari pertama Harim mengikuti kuliah di universitas ini. Ia sempat beberapa kali menguap saat mengikuti kelas terakhir tadi, sehingga ia memutuskan untuk dapat keluar dari kelas itu sesegera mungkin.

“Harim-ssi..”
Penggilan itu membuat Harim menghentikan langkahnya, menoleh.

“Apa kau tidak mau berkeliling melihat area kampus?” tanya Haneul.

Harim menyunggingkan senyumnya. “Aku tidak mau menghabiskan waktumu untuk belajar agar kau tetap menjadi mahasiswa terbaik disini. Lagipula aku tidak begitu tertarik dengan kampus ini. Jika aku membutuhkannya, aku akan menghubungimu.” Ucapnya sambil menepuk bahu Haneul pelan lalu berlalu meninggalkannya, membuat Haneul menganga tak percaya dengan kenyataan yang baru saja ia lihat. Ia tidak menyangka Harim adalah orang yang semenyebalkan itu, padahal saat berkenalan tadi ia terlihat begitu baik dan menyenangkan. Ia mendesah pelan menyadari kebodohannya yang sudah berfikir bahwa ia mirip Minhwa. Dia benar-benar berbeda dengan Minhwa.
***
Harim berlari kecil menuju kafe yang terletak di seberang kampusnya. Saat ia masuk ke kafe itu, ia mengedarkan pandangannya menelusuri isi seluruh kafe itu. Hingga lambaian tangan Seokjin, laki-laki yang duduk di pojok kafe membuat ia tersenyum dan segera berjalan menghampirinya.

“Apa kau sudah menunggu lama?” tanya Harim kepada laki-laki yang akrab disapa Jin itu. Laki-laki itu hanya tersenyum dan menunjukkan gelas yang berisi Cappucino Float yang tinggal separuh, menunjukkan ia sudah cukup lama ada disana. Harim yang melihat itu hanya meringis dan segera duduk di kursi yang berada di hadapan laki-laki itu.

“Bagaimana hari pertamamu di kampus?” tanya Jin saat melihat wajah Harim yang sepertinya terlihat kurang baik.

Harim mendesah pelan. “Oppa, apa kau menyuruhku kesini hanya untuk menanyakan hal itu?” protes Harim yang malah membuat Jin tersenyum simpul.

“Apa banyak yang menggodamu?” tanya namja itu lagi, membuat Harin menghela nafas kasar.

“Ntahlah. Aku rasa mereka tidak pernah melihat perempuan secantik aku dalam hidup mereka hingga mereka selalu merecokiku, menggangguku, dan mengajakku berkenalan setiap saat.” Jawab Harim sekenanya.
Jin terkekeh mendengar omelan Harim yang terdengar begitu manis ditelinganya, hingga kekehannya terhenti ketika seorang pelayan kafe mengantarkan vanilla latte ke meja mereka.

“Terimakasih..” ucap Jin kepada pelayan itu sebelum pelayan itu pergi.
Harim menyunggingkan senyumnya melihat segelas vanilla latte yang ada di hadapannya sekarang. “Whoaa.. Kim Seok Jin! Apa kau juga sedang berusaha menggodaku sekarang?” tanya Harim yang terpukau karena Jin memesankan minuman kesukaannya.

Jin mengedikkan bahunya. “Entahlah.. hanya saja.. aku rasa kau menyukainya jika aku melakukan ini untukmu..” jawabnya yang membuat senyum Harim tidak habis-habisnya merekah di wajahnya.

“Lalu kenapa oppa mengajakku bertemu hari ini? Bukan hanya karena vanilla latte ini, kan?” tanya Harim yang masih penasaran mengapa Jin sangat ingin bertemu dengannya hari ini.

Jin membenarkan posisi duduknya sebelum menjawab pertanyaan Harim. “Jika aku jawab hanya karena vanilla latte itu bagaimana?”

Harim langsung cemberut mendengar jawaban Jin. “Apa oppa sedang mempermainkanku sekarang?” kesalnya.

“Apa aku terlihat seperti itu?” tanyanya yang membuat Harim semakin kesal.

“Aku serius oppa!” kesalnya.

“Aku juga serius.. Karena vanilla latte menjadi alasanku mengajakmu bertemu hari ini.. karena aku lagi-lagi merindukanmu..” ucap Jin yang kemudian meneguk cappucino floatnya, membuat Harim mengedipkan-kedipkan matanya, tak percaya.

“Apa kau masih menemui Taehyung?” tanya Jin yang mencoba mengalihkan topik untuk menghilangkan rasa canggung diantara mereka berdua.

“Terakhir aku bertemu dengannya hanya saat makan malam dengan kolega appa beberapa hari yang lalu.. Kenapa?” tanya Harim yang bingung karena Jin tiba-tiba membicarakan Taehyung.

“Tidak.. hanya saja beberapa hari yang lalu aku melihatnya datang ke kantor appamu. Aku rasa ia benar-benar menyukaimu..” ujarnya yang membuat Harin menghela nafas berat.

“Sudah berapa kali aku katakan, aku tidak ada hubungan apapun dengannya selain teman karena ia anak dari rekan bisnis appa, tak ada yang lain. Aku juga tidak suka padanya. Ia begitu aneh dan menyebalkan.” Jawab Harim. “Kenapa hari ini oppa membicarakan semua hal yang tak ingin aku bicarakan?” tanya Harim lalu meneguk vanilla lattenya.

“Karena aku tidak ingin kehilanganmu..”
Jawaban Jin sukses membuat Harim tersedak. Jin segera bangkit dari tempat duduknya dan langsung menepuk-nepuk punggung Harim pelan.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Jin pelan.
Harim masih terbatuk-batuk pelan, namun ia menjawab pertanyaan Jin dengan membuat tanda OK dengan tangan kanannya.

“Makanya kalau minum itu pelan-pelan..” ujar Jin yang membuat Harim merengut.

“Daebak! Bagaimana bisa oppa menyalahkanku padahal jelas-jelas ini semua terjadi karena perbuatanmu?” protes Harim yang membuat Jin terkekeh.

“Perbuatan apa? Aku melakukan apa?” tanya Jin sok ga tau.

Harim menghela nafas berat untuk yang kesekian kalinya. “Melakukan apa? Kau masih tidak sadar? Oh my.. Apa oppa tidak sadar baru saja kau sudah menggodaku lagi?” tanyanya yang membuat Jin menyunggingkan senyumnya.

“Apa kali ini kau mulai mencintaiku lagi?” tanya Jin yang membuat Harim memukul bahunya.

“Jangan berharap!! Aku tidak akan pernah mau kembali padamu! Tidak akan pernah!” serunya yang membuat Jin menghela nafas pelan.

“Bagaimana bisa kau menolakku tiga kali secara berturut-turut? Hatiku benar-benar terluka..” ucapnya. Harim langsung mendorong Jin untuk menjauh darinya dan kembali duduk ke tempat duduknya.

“Jangan mengatakan hal-hal seperti itu lagi. Aku sudah move on darimu. Jadi jangan menggodaku lagi,” ucap Harim lalu meneguk sisa vanilla lattenya.

Jin tersenyum mendengar kata-kata Harim. Ia memang sangat mencintai perempuan itu, namun takdir berkata lain. Ibu Jin adalah ibu tiri Harim, begitu pula ayah Harim adalah ayah tiri Jin. Memang tak ada hubungan darah antara mereka berdua, namun pernikahan ayah dan ibu mereka membuat hubungan yang sudah mereka jalin selama 2 tahun kandas begitu saja. Meskipun kini mereka saudara tiri, mereka masih memperlakukan satu sama lain bukan seperti saudara, bahkan Harim dan Jin masih tidak mau mengakui ayah dan ibu tiri mereka.
***
“Taehyung-ah.. kenapa wajahmu begitu jelek hari ini? Apa kau masih tidak bisa menghubunginya?”

Laki-laki yang bernama Taehyung itu menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Ia melihat Jimin, sahabatnya berjalan menghampirinya yang sedang duduk-duduk di ruang khusus milik Taehyung. Ruangan itu tidak cukup luas, namun cukup nyaman untuk mengobrol dan belajar disana. Ruangan yang berada di basement itu tidak melalui pintu utama, sehingga teman-teman Taehyung dapat masuk ke ruangan ini tanpa merasa canggung dengan keluarganya.

“Apa lagi-lagi hari ini kau tidak bisa menghubunginya??” tanya Jimin saat duduk di sampingnya melihat Taehyung yang berkali-kali mengecek Hpnya. Taehyung yang mendengar pertanyaan Jimin menoleh ke arah Jimin sebentar, lalu kembali melihat handphonenya.

“Yaakk.. Kim Taehyung! Apa kau sebegitu tergila-gilanya dengan sosok Harim?” tanya Jimin lagi setengah meledek. Taehyung langsung membenarkan posisi duduknya untuk menatap Jimin dengan jelas.

“Kenapa kau ribut sekali? Apa kau tidak bisa diam?” tanya Taehyung sambil menunjukkan ponselnya kepada Jimin, membuat wajah Jimin berubah menjadi cemberut.

“Hyung! Hyung! Kau tau? Aku menemukannya!”
Teriakan itu membuat Jimin dan Taehyung menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya seorang laki-laki berambut merah berlari ke arah mereka. “Harim.. ia ada di kafe bersama Seokjin..” ujar namja itu saat duduk di depan mereka dengan nafas terengah-engah.

“Sudah aku duga! Ia pasti mempermainkanmu..” lagi-lagi Jimin mencoba menghasut Taehyung, membuat Taehyung memasang wajah kesalnya.

“Apa kau benar-benar tidak bisa diam?”
***
Sosok laki-laki berambut orange terlihat berdiri di depan pintu apartemen Harim. Harim mengernyitkan dahinya, mencoba melihat dengan jelas siapa yang ada disana, hingga ia menghela nafasnya lelah saat baru menyadari sosok Taehyunglah laki-laki itu.

“Apa aku bisa bicara denganmu?” tanyanya saat Harim tlah berdiri di hadapannya.

“Apa kita perlu bicara?” tanya Harim balik dengan nada yang begitu dingin.

“Kenapa kau seperti ini padaku?” tanya Taehyung bingung karena sikap Harim yang terasa begitu membencinya padahalia tidak pernah melakukan kesalahan apapun pada yeoja itu.

“Bukankah memangnya seharusnya seperti ini?” tutur Harim sambil menyedekapkan tangannya. Ia terlihat begitu marah pada Taehyung karena ia menghalanginya untuk membuka pintu.

“Apa kau tidak tau kalau kita akan dijodohkan? Kenapa kau seperti ini?” tanyanya tak percaya melihat sikap Harim padanya.

“Karena aku tidak menyukaimu Taehyung-ssi. Sudah aku bilang aku tidak mau jadi pacarmu. Aku perlu berkata apa lagi untuk menyadarkanmu?”

Taehyung menggertakkan giginya. “Apa kau benar-benar mempermainkanku?”

“Terserah apa yang kau pikirkan..” ujar Harim sambil mencoba mendorong Taehyung agar tidak menghalanginya, namun malah ia didorong balik oleh Taehyung hingga punggungnya kini menempel pada tembok.

“Kau tau perusahaan ayahmu sangat bergantung pada perusahaan ayahku? Aku bisa melakukan apapun untuk membuatmu menjadi milikku..” ujar Taehyung yang tangannya masih berada di bahu yeoja itu, membuat yeoja itu tidak berdaya untuk melawan kekuatan Taehyung.

“Lakukan saja jika kau bisa Kim Taehyung..” ucap Harim tanpa rasa takut sedikitpun sambil mencoba menyingkirkan tangan Taehyung dari bahunya.

“Apa yang kalian lakukan?”
Suara laki-laki yang berada di depan pintu yang lain membuat Harim dan Taehyung menolehkan kepalanya, membuat tangan yang tadi menahan Harim perlahan terlepas.

“Oh! Suga!” teriak Harim girang dan langsung menghampiri namja itu. Taehyung hanya menatap mereka berdua penuh tanda tanya.

“Kenapa kau keluar malam-malam seperti ini? Apa kau ingin menjemput ibumu? Ayo aku antar!” girang yeoja itu. Yoon Gi masih diam dengan tingkah yeoja itu yang sok kenal dengannya yang kini mulai mendorong kursi rodanya. Hingga beberapa waktu kemudian senyum tipis tergores pada wajah Yoon Gi karena ia menyadari sesuatu.
Minhwa pernah melakukan hal yang sama dengannya.
***

[Fanfiction] I’m Not Her (Not Me!!) || Chaptered || Prolog

Min Yoon Gi Suga BTS

Title: I’m Not Her (Not Me!!)

Author: Ace Min

Cast:

  • Yoon Harim (OC)
  • Kim Tae Hyung/ V (BTS)
  • Jung Haneul (OC)
  • Min Yoon Gi/Suga (BTS)
  • And other cast

Genre: Romance

Rating : T

Length : Chaptered

Dan lagi, aku masih belum sadar bahwa aku telah kehilangannya, –Yoon Gi

Prolog

“Bukankah sudah aku katakan untuk memenangkan tender ini apapun yang terjadi? Apa gunanya kau bekerja disini jika kau tidak bisa mendapatkan tender itu?!” omel Yoon Chan Suk, Presiden Direktur Byunghan, perusahaan yang berkonsentrasi pada apartemen dan perhotelan terbesar di Korea.

“Agashi, kau tidak boleh menerobos masuk..”
Suara sekretaris Kim yang terdengar di telinga Yoon Chan Suk membuat ia menghentikan kegiatannya untuk mengadili bawahannya. Tak lama setelah itu, ia melihat Yoon Harim, putrinya masuk ke ruangannya diikuti Sekretaris Kim yang mencoba untuk menahan perempuan itu. Presdir Yoon menyunggingkan senyumnya melihat perempuan belia yang baru menginjak 20 tahun bulan lalu itu memasang wajah yang ditekuk-tekuk saat masuk ke ruangannya.

Sekretaris Kim yang melihat baru ada hal penting yang presdir bicarakan dengan pegawainya langsung membungkukkan badannya. “Maafkan aku presdir, aku tidak bisa menahan nona untuk..”

Presdir Yoon tersenyum dan menganggukkan kepalanya, mengerti. “Aku tau.” Ucap Presdir Yoon memotong penjelasan Sekretaris Kim. “Kau bisa kembali ke tempatmu sekarang..” lanjut presdir Yoon. Sekretaris Kim segera meninggalkan ruang kerja Presdir Yoon.
“Apa kau masih mau disini?” tanya Presdir Yoon pada pegawai yang tadi ia omeli itu. Pegawai itu langsung membungkukkan badannya dan berjalan cepat meninggalkan ruangan itu.

Kini hanya tinggal ia dan putrinya yang ada di ruangan itu.
“Kenapa kau datang ke kantor appa tanpa menghubungi appa terlebih dahulu?” tanya Presdir Yoon sambil berjalan ke arah sofa.

“Sebenarnya apa rencanamu, appa? Menjodohkanku dengan Kim Taehyung? Yang benar saja..”

Presdir Yoon tak mampu menahan tawanya saat anaknya memprotes tentang rencana perjodohannya dengan Kim Taehyung, putra kedua dari CEO Samsung group.
“Duduklah dulu.. mari kita bicarakan baik-baik..” ajaknya sambil menepuk sofa sampingnya. Sebelumnya Harim bersikukuh tidak mau duduk disana, namun pada akhirnya ia luluh dan memutuskan untuk duduk di samping ayahnya.
“Memangnya kenapa dengan Taehyung? Bukankah Taehyung itu tampan?”

Harim menggelengkan kepalanya cepat. “Dia aneh. Aku sudah bilang aku tak mau berurusan dengan Kim Taehyung lagi.. Aku akan benar-benar pergi ke Amerika jika appa masih berusaha menjodohkanku dengan dia..” ujarnya yang membuat ayahnya terkekeh.

“Harim-ya, kau ini sudah berumur 20 tahun.. Tapi sampai sekarang kau sama sekali tidak mau menjalin hubungan dengan pria manapun. Appa hanya khawatir padamu..”

“Apa appa berfikir kalau aku menyukai sesama perempuan?”

“Bukan begitu.. hanya saja..”

“Tidak. Sudah cukup. Aku tidak mau mendengar penjelasan dari appa lagi.” Potong Harim. “Aku yang menentukan dengan siapa aku akan menikah nanti, jadi jangan pernah menjodohkanku dengan siapapun..”

Presdir Kim menggosok-gosok dagunya pelan. “Apa kau benar-benar tidak tertarik dengan Kim Taehyung?”

“Tidak. Sekali tidak tetap tidak, appa.” Tolak Harim mentah-mentah.

“Tapi sepertinya ia menyukaimu..”

Harim berdiri dari duduknya. “Sudah aku bilang tidak!! aku tidak mau!!! aku tidak suka!! Jadi berhentilah menjodohkanku dengannya!” serunya kesal dan langsung meninggalkan ayahnya. Presdir Yoon yang melihat putrinya mengamuk itu malah tersenyum. Menurutnya Harim sangat lucu saat ia merajuk seperti itu.
***
Angin musim semi sore ini masih terasa begitu dingin, namun tidak membuat niat Yoon Gi untuk berjalan-jalan sore batal. Ia benar-benar berharap bisa keluar dari ruangan sore ini, setidaknya untuk menghirup udara segar di luar ruangannya.

“Apa kau sudah lama menungguku?” tanya Haneul saat masuk ke apartemen Yoon Gi. Yoon Gi memutar arah kursi rodanya sehingga dapat melihat Haneul dengan jelas.

“Kau tau, di luar masih cukup dingin, jadi kita jalan-jalan ke taman saja yaa?” tawar Haneul sambil meraih mantel Yoon Gi yang ada di sofa. Yoon Gi menganggukkan kepalanya pelan. Haneul segera memakaikan mantel itu. Setelah dirasa cukup hangat, perlahan ia mendorong kursi roda itu keluar dari apartemen menuju lift.

“Apa kau tadi sudah meminum obatmu?” tanya Haneul saat ia menekan tombol lift ke lantai dasar.

Yoon Gi menganggukkan kepalanya. “Aku hanya tidak meminum obat tidurnya,” jawab Yoon Gi yang membuat seulas senyum terpampang di wajah Haneul.

“Tak apa.. kau bisa meminumnya setelah pulang dari taman nanti.” Ujar Haneul mencoba membesarkan hati Yoon Gi. Selama ini Yoon Gi memang tergantung dengan obat anti depresan yang diberikan dokter untuk menenangkan dirinya. Namun obat yang ia minum sekarang tak sebanyak dulu, ia hanya meminumnya jika memang ia membutuhkannya seperti saat ia mau pergi seperti ini.

Suara dentingan lift menandakan bahwa mereka tlah sampai lantai bawah. Mereka segera keluar menuju taman. Namun baru sampai lobi, Yoon Gi memegang tangan Haneul, membuat Haneul berhenti mendorong kursi rodanya.

“Ada apa Yoon?” tanya Haneul bingung.

“Aku melihat Minhwa..” jawab Yoon Gi yang membuat Haneul mengernyitkan dahinya. Sudah beberapa bulan ia tidak menyebut nama Minhwa dan melihat bayangan yeoja itu, tapi sekarang kenapa ia menyebutnya lagi?

“Bisakah kita ke arah sana?” pinta Yoon Gi sambil menunjuk pintu keluar gedung tersebut namun dari samping, bukan pintu utama. Haneul yang hanya menemani Yoon Gi akhirnya menurut pada namja itu dan mendorongnya ke arah yang ia tunjuk.

Saat mereka sampai luar, Haneul melihat seorang yeoja yang sedang berjalan menuju sebuah mobil hitam yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang. Ia mencoba mengamati dengan cermat yeoja itu, namun ia tak menemukan satupun kesamaan antara yeoja itu dengan Minhwa yang ia kenal.
“Apa perempuan itu yang kau bilang Minhwa?” tanya Haneul. Yoon Gi menganggukkan kepalanya.

“Dia sangat mirip dengan Minhwa. Meskipun dia bukan Minhwa..” jawab Yoon Gi yang membuat Haneul speachless. Yoon Gi memang benar-benar tidak bisa melupakan Minhwa bahkan setelah terapi yang cukup lama ia lakukan.

“Minhwa sudah tiada Yoon.. Jangan mengada-ada lagi.. Kau membuatku khawatir..” ujar Haneul sambil mengamati mobil hitam itu yang mulai melaju.

Yoon Gi menganggukkan kepalanya lemah. “Aku rasa aku tidak bisa keluar hari ini. Kita kembali kedalam saja..” ucap Yoon Gi.

Miris. Itulah perasaan Haneul sekarang. Ia merasa begitu kasihan dengan Yoon Gi yang dipaksa untuk melupakan Minhwa yang menjadi alasan ia hidup selama ini hingga ia menjadi seperti sekarang. Setiap ia mengingat Minhwa, ia akan langsung meminta diantar pulang, meminum obat tidurnya, lalu tidur dengan iringan musik klasik yang tenang agar bayangan tentang Minhwa tak kembali terngiang di kepalanya.

Senyuman Yoon Gi yang dulu sering ia lihat memudar semenjak hari dimana Minhwa meninggalkannya. Ia begitu dingin. Bahkan menurut Haneul, Yoon Gi tidak tau lagi bagaimana cara tersenyum.
***
“Ada apa Profesor memanggilku?” tanya Haneul saat ia masuk ke ruangan Profesor Kim. Ia melihat ada seorang yeoja yang berdiri disana. Ia mengernyitkan dahinya. Ia seperti pernah melihat yeoja itu di suatu tempat, namun ia tidak dapat mengingatnya.

“Perkenalkan, dia Yoon Harim. Ia mahaiswa baru pindahan dari University of Canbridge, aku berharap kau dapat berteman baik dengannya..” ucap presdir Kim mencoba memperkenalkan.

“Annyeong haseyo, Yoon Harim imnida..” sapa yeoja berambut hitam pekat itu sambil membungkukkan badannya, Haneul membalas sapaan itu.

“Annyeong haseyo, Jung Haneul imnida.. kau dapat memanggilku Haneul..” kata Haneul memperkenalkan diri.

“Ne.. bangapta, Haneul-ssi..”

“Dia akan memiliki jadwal kuliah yang sama denganmu.. Aku ingin kau membantunya beadaptasi disini karena ia sudah lama berada di luar negeri..” ucap Profesor Kim pada Haneul. Haneul hanya bisa pasrah dan menjawab, “ne.”

“Oh iya, Harim. Jika kau menemui kesulitan dalam belajar kau bisa menanyakannya pada Haneul. Ia termasuk salah satu jajaran mahasiswa terbaik kami..” ujar Profesor Kim pada Harim. Harim menyunggingkan senyumnya dan mengangguk pelan.

Perlahan Haneul menyadari sesuatu. Ada yang aneh dengan ini semua. Ia merasa seperti sedang de javu. Ia pernah merasa seperti ini sebelumnya, namun ia benar-benar tidak bisa mengingatnya. Ia rasa ini hal yang tidak begitu baik..
***

[Fanfiction] 20 Years Old || Oneshoot

Kim Seok Jin BTS

Annyeong haseyo~
This is My first fanfiction in this blog, please watch for it and happy reading 🙂

Title: 20 Years Old

Author: Ace Min

Cast:
• Choi Minhwa
• Choi/Shin Harin
• Jin/ Kim Seok Jin (BTS)
• Jungkook/ Jeon Jung Kook (BTS)
• Minah Girls Day

Genre: Sad, Comedy, Romance

Rating: T

Length: Oneshoot

Disclaimer: FF ini aku buat atas ide murni milikku sendiri, jadi buat yang mau copas silahkan ijin. Ingat, jadilah readers yang baik, jangan pernah mau jadi plagiat. Kesamaan ide atau cerita merupakan suatu kebetulan semata tanpa ada niatan meniru. Itu berarti kita satu hati. 😀

“Manusia tempatnya melakukan kesalahan, typo-typo yang berceceran mohon dimaafkan yaaa~” – Ace Min

Suatu pagi yang cerah di musim panas di Seoul tahun ini..

‘Kim Seok Jin, member BTS tertangkap basah sedang berkencan dengan member Girls Day, Minah. Mereka terlihat berjalan berdua di jalanan Cheongdam-dong, setelah keluar dari salah satu restoran ternama di daerah itu. Mereka menolak memberi keterangan apapun saat pers menanyai tentang hubungan mereka yang sebenarnya. Kedua agensi mereka membantah keras berita tersebut. Mereka meluruskan dan menyatakan bahwa Jin dan Minah hanya makan malam bersama sebagai rekan sesama artis untuk merayakan kemenangan BTS dalam sebuah acara Award yang dilaksanakan beberapa hari yang lalu.’

Minhwa langsung mematikan televisinya, beranjak menuju dapurnya untuk mengambil minum, menghilangkan rasa sesaknya. Berita macam apa seperti itu! Benar-benar tak bermutu! Runtuk Minhwa dalam hati. Ia langsung menuangkan air putih dan meneguknya.
“Kali ini aku tak memaafkanmu, Kim Seok Jin!!” kesal Minhwa dengan mata berkaca-kaca.

“Kau kenapa eonni?”
Pertanyaan itu membuat Minhwa menolehkan kepalanya menuju ke arah sumber suara. Dilihatnya sosok yeoja dengan rambut coklat panjang yang diikat tinggi seperti ekor kuda tlah berdiri di sampingnya. Minhwa mendengus, lalu kembali menuangkan air dan meneguknya.

“Pasti karena calon kakak ipar lagi kan?”
Pertanyaan kali ini sukses membuat air yang Minhwa teguk menyembur keluar. Beruntung Harin, yeoja yang bertanya padanya tidak berdiri di depannya.
Harin menepuk-nepuk punggung Minhwa, mencoba membantu Minhwa yang terbatuk-batuk karena tersedak air minumnya.

“Makanya jangan minum saat kau kesal..” ledek Harin sambil mengacak-acak rambut Minhwa. Lagi-lagi Minhwa hanya dapat mendengus kesal. Ia menarik kursi yang ada di dekatnya.

“Harusnya aku tidak menerima cintanya..” lirih Minhwa saat duduk di kursi itu.
Baru saja Minhwa menyelesaikan kalimatnya, ponselnya yang terletak di meja makan berdering begitu kerasnya. Harin mengambil ponsel itu, lalu tersenyum senang.

“Calon kakak ipar menelponmu..” ucap Harin sambil menodorkan ponsel yang ia bawa itu, namun Minhwa menolaknya.

“Aku sedang tidak mood untuk bicara..”
Ucapan Minhwa membuat Harin menghela nafas lelah. “Ini sudah hampir satu bulan.. kau masih tak mau mengangkat teleponnya?”kesal Harin. Ia benar-benar sudah tak tahan lagi dengan sikap kakaknya yang selalu menghindar sejak gosip Jin yang memiliki pacar menyeruak di media massa.

Satu bulan yang lalu, rumor-rumor buruk menyelimuti BTS, terutama berita mengenai Kim Seok Jin. Media massa memergoki Jin yang sedang berjalan dengan sosok yeoja yang tak mereka tau identitasnya. Belum reda berita mengenai itu, Kim Seok Jin lagi-lagi diterpa rumor miring memiliki hubungan dengan lawan mainnya di sebuah drama yang ia bintangi. Mereka digosipkan mengalami cinta lokasi saat syuting drama itu. Dan kenyataan itu memang benar, cinta lokasi itu benar adanya, namun hanya satu belah pihak. Belum selesai berita itu diluruskan, berita mengenai Girls Day Minah yang begitu antusias dengan BTS saat penerimaan Daesang award, lalu foto yang ia upload bersama dengan member-member BTS, hingga berita kali ini yang memergoki Jin jalan dengan Minah membuat Minhwa benar-benar ingin menutup matanya. Ia sama sekali tak mau tau mengenai hal itu. Ia belum siap mendengar penjelasan apapun dari Kim Seok Jin.

“Cepat diangkat!!” seru Harin yang sudah pegal memegangi ponsel Minhwa. Minhwa menggelengkan kepalanya. Ini pertama kalinya Jin menghubunginya setelah rumor satu bulan itu. Ia benar-benar tau bahwa satu bulan itu sangat sulit tak hanya baginya, namun bagi Jin juga. Ia pasti diikuti pers dimana-mana. Belum lagi fansnya yang mungkin juga meninggalkannya, dan teguran keras dari agensinya yang lelah mengelak berita itu, membuat Jin mungkin tak sempat menghubungi Minhwa. Namun Minhwa seperti menutup mata, seakan tak mau tau dengan apa yang terjadi. Seperti itulah kenyataan jika kau memiliki pacar seorang publik figur.

“Tu kan.. mati..”
Ucapan itu membuat Minhwa tersenyum melihat wajah kecewa Harin yang menurutnya sangat lucu.

“Aku akan menghubunginya balik..” cetus Harin dengan semangat.
“Coba saja kalau bisa..”
Ucapan Minhwa membuat Harin kesal. Ia tau benar pengamanan di ponsel Minhwa bukan main-main. Kode ponselnya selalu ia ganti setiap kali ada orang yang mengetahuinya membuat orang-orang yang berniat membuka ponsel Minhwa harus gigit jari dahulu. Kode yang Minhwa pakai juga bukan kode yang sembarangan yang mudah ditebak orang seperti tanggal lahirnya atau yang lainnya. Ia akan memakai kode seperti uang kembalian yang ia terima setelah belanja atau kode suatu merek makanan. Benar-benar hal yang tak biasa untuk dijadikan kode pengaman.

Harin langsung mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya.
“Ia tidak akan mengangkat nomor ponsel yang tak ia kenal..” ucap Minhwa yang sangat tau kebiasaan sosok Kim Seok Jin. Harin menganggukkan kepalanya mengerti, namun ia tetap menghubungi seseorang. Ia tersenyum penuh kemenangan saat ponselnya ia dekatkan di telinga kanannya.

“Sayangnya Jin oppa tau nomorku..”
Ucapan itu membuat Minhwa mendesah pelan. Ia benar-benar ingin sekali mencekik yeoja yang ada dihadapannya sekarang itu jika ia bukan adiknya.

Sebuah sapaan dari ujung telepon membuat Harin begitu bersemangat.
“Yoboseyo.. ini Harin..” ucap gadis itu yang membuat mata Minhwa terbelalak. Jin mengangkat telon Harin? Benar-benar tak bisa dipercaya.
Harin meloadspeaker ponselnya, lalu meletakkan ponsel itu ke meja makan mereka.
“Oh, Harin! Ada apa?” tanya sesorang di ujung telepon sana. Minhwa mengernyitkan dahinya. Itu bukan suara Jin, batin Minhwa.
“Apa Jin oppa bersamamu?”
Pertanyaan Harin yang memakai bahasa informal membuat Minhwa tersenyum. Minhwa tau adiknya tak akan menghubungi Jin secara langsung karena takut menyakiti kakaknya. Ia pasti menghubungi Jungkook yang seumuran dengannya.
“Jin hyung.. Tadi ia disini. Kemana dia? Hoseok hyung! Kau melihat Jin hyung?”
Ucapan Jungkook yang ada di ujung telepon itu membuat Minhwa terkekeh. Ia membayangkan betapa lucunya ekspresi Jungkook saat baru sadar Jin tiba-tiba tak ada disana.
“Jungkook-ah..” panggil Harin mencoba menyadarkan Jungkook yang sibuk mencari Jin.
“Ne?”
“Jika kau bertemu dengan Jin oppa katakan padanya untuk menghubungi Minhwa eonni lagi. Arrachi?” pinta Harin.
“Oh! Minhwa eonni! Tadi ia bilang akan menemui Minhwa eonni! Mungkin sekarang ia sudah ada di depan rumahnya..”

Ucapan Jungkook langsung saja membuat Harin dan Minhwa saling bertatapan. Secepat kilat mereka berlari ke arah jendela dan mengintip halaman depan rumah mereka. Kosong. Tak ada siapapun.

“Ck. Aku yakin pasti seperti ini jika Jungkook yang memberikan informasi. Tak dapat di percaya..” ucap Minhwa sambil kembali menutup gorden jendelanya.
“Pasti ada yang salah kenapa Jin oppa belum sampai sini..” duga Harin. Ia langsung berlari kembali ke dapur mengambil ponselnya.

“Jungkook-ah?” panggil Harin ragu.
“Ne?”
Harin menghela nafas lega mendengar suara Jungkook. Ternyata ia belum mematikan teleponnya.
“Jam berapa Jin oppa meninggalkanmu?”
“Emm.. hampir 2 jam yang lalu..”
Jawaban Jungkook membuat Harin dan Minhwa mengernyitkan dahinya.
“Apa kau yakin?” tanya Harin yang ragu dengan jawaban Jungkook.
“Kau meragukanku?” tanya Jungkook balik. Minhwa langsung merebut ponsel yang dibawa Harin.

“Ya. Kau sangat meragukan Jeon Jungkook!” seru Minhwa kesal.
“Oh! Min.. Minhwa nuna.. A.. Annyeong haseyo..” sapa Jungkook seperti bergumam tak jelas, kaget karena tiba-tiba mendengar suara Minhwa.
Minhwa menghela nafasnya pelan. Sebenarnya ia tidak mau terlibat dengan perbincangan Jungkook dan Harin. Namun pernyataan Jungkook yang terakhir mengenai Jin tadi membuat Minhwa khawatir. Jarak rumah Minhwa dengan kantor Bighit hanya perlu ditempuh 20 menit, sedangkan jika dari dorm BTS hanya 15 menit. 2 jam? Itu waktu yang lebih dari cukup untuk bolak-balik dari rumah Minhwa menuju dorm lebih dari 4 kali.

“Ini pertanyaan ‘yes’ or ‘no’, jadi jawab aku dengan jelas. Arra?” suruh Minhwa.
“Ne.” Jawab Jungkook semangat.
“Apa Jin hyung benar-benar mau kerumahku?”
“Ne.”
“Dia benar-benar sudah pergi selama 2 jam?”
“Ne.”
“Dia pergi sendirian?”
“Ne.”
“Apa kau masih menyukaiku?”
“Ne. Eh? Aahh.. Anii! Anii!”

Minhwa terkekeh mendengar Jungkook yang tiba-tiba gugup karena pertanyaannya yang berubah tiba-tiba.
“Nuna.. itu..”
“Aku tak mau dengar alasannya. Aku sudah bilang tadi ini hanya pertanyaan yes or no.” Ucap Minhwa tak mau mendengarkan penjelasan Jungkook. “Lalu kemana ia pergi?” tanya Minhwa seperti menanyai dirinya sendiri.
“Apa ia tidak bersamamu, nuna?” tanya Jungkook.
“Aku tidak bertemu dengannya sama sekali. Ia hanya menelponku beberapa saat tadi..” jawab Minhwa. Harin merebut ponselnya lagi dari tangan Minhwa.

“Jungkook-ah!” seru Harin.
“Ne?”
“Kau hubungi Jin oppa sekarang. Katakan Minhwa eonni khawatir padanya. Nanti telepon aku jika ada kabar tentangnya!” ucap Harin tiba-tiba yang membuat mata Minhwa terbelalak.

“Yak! Shin Harin!!” kesal Minhwa.

“Aku tutup teleponnya..” kata Harin sebelum Minhwa kembali merebut ponselnya dan mengatakan hal yang merusak rencananya.

“Harin! Kau..” Minhwa menunjuk Harin dengan tatapan yang sulit diartikan.
“Ini lebih baik.. daripada kalian marahan terus seperti ini..” kata Harin sambil berlari ke kamarnya.
“Siapa yang marahan?!” seru Minhwa tak terima
“Kau!” teriak Harin saat ia sudah mencapai tangga.
“Harin!!” kesal Minhwa.
***

“Eonni?”
Minhwa menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Harin tlah duduk disampingnya.
“Hubungi dia..” suruh Harin yang melihat Minhwa memegang ponselnya. Minhwa menggelengkan kepalanya.
“Apa kau tidak khawatir padanya?” tanya Harin yang kini membuat Minhwa menoleh ke arah Harin.

“Bukankah kau juga khawatir padanya?”
Minhwa yang membalik pertanyaan itu seakan menohok Harin. Harin menundukkan kepalanya.

“Tak apa. Aku mengerti.” Ucap Minhwa sambil membuka kode ponselnya. “Hubungi dia.” Suruh Minhwa sambil menyodorkan ponselnya kepada Harin. Harin kaget tak habis pikir dengan tingkah kakaknya.

“Eonni..”

“Kau bilang aku khawatir padanya. Jika aku khawatir maka kau merasakan hal yang sama denganku. Cepat hubungi dia..” kata Minhwa sambil meletakkan ponselnya ke genggaman Harin. Hadin menatap Minhwa lekat, lalu menggelengkan kepalanya.

“Aku tidak bisa eonni..” kata Harin sambil mengembalikan ponsel itu ke genggaman Minhwa.

Minhwa tersenyum. “Kenapa tidak bisa?” tanyanya.
Harin menundukkan kepalanya. Minhwa menepuk pelan pundak Harin.

“Aku memang khawatir padanya, tapi aku juga khawatir padamu, Harin-ah. Kau kira aku tidak tau kau lebih khawatir dariku sekarang?”

“Eonni..” Harin menoleh ke arah Minhwa. Minhwa masih tersenyum hangat padanya.

“Jangan pernah bersembunyi dibalik senyummu lagi. Aku benar-benar tersakiti melihat kau selalu menutupi perasaanmu.” Ucap Minhwa sambil mengacak-acak rambut Harin. Ia menghela nafasnya pelan, lalu melanjutkan kalimatnya. “Aku tak memiliki keberanian untuk menghubunginya saat ini. Aku tak tau harus bicara apa sat aku menghubunginya. Itu sebabnya kau tidak mau menghubunginya. Aku belum siap berbicara dengannya.”

Harin menganggukkan kepalanya. Ia tau betul kakaknya sangat mencintai Jin. Di sisi lain, kakaknya juga menyayanginya, sebagai adik, dan sebagai orang yang pernah menyukai Jin. Minhwa yang menghargai perasaan Harin tak mau menghubungi Jin sekarang karena takut menyakiti Harin.

“Jaa~ Mending kita keluar mencari udara segar sekarang. Hawa di rumah ini benar-benar membuatku sesak. Aku akan menyuruh ayah merenovasi rumah ini setelah beliau pulang dari London. Ah! Aku punya kartu VIP di tempat perhiasan yang biasanya kita beli. Bagaimana jika kita kesana? Katanya kau mengincar salah satu kalung berlian yang ada disana..”
Mata Harin membulat mendengar ajakan Minhwa. Beberapa saat kemudian senyum mengembang di wajahnya.

“Jinjjayo?” tanya Harin tak percaya.
Minhwa menganggukkan kepalanya, tak kalah semangat dari Harin. Harin langsung memeluk kakaknya itu.
“Gomawo eonni..” ucap Harin. Minhwa tersenyum sambil mengelus punggung Harin penuh kasih sayang.
“Ah! Aku harus siap-siap dulu kalau begitu!” seru Harin langsung melepas pelukannya dan lari menuju kamarnya.

Minhwa menghela nafasnya pelan. Kau tak hanya menyakitiku, oppa. Kau menyakiti Harin juga.. batin Minhwa sambil menatap kosong layar ponselnya.
***

“Eonni.. menurutmu lebih cantik yang mana?” tanya Harin sambil mengetuk-ngetukkan jarinya pada etalase toko yang memajang kalung berlian itu. Minhwa mencoba mengamati kalung-kalung itu. Hingga akhirnya ia menjatuhkan pada sebuah kalung sederhana yang terdapat batu berlian kecil disana.

“Bagaimana jika itu?” usul Minhwa sambil menunjuk kalung yang ia pilih.

“Ini?” tanya Harin sambil menunjuk kalung itu. Minhwa mengangguk.

“Apa ini tidak terlalu simple?” Komentar Harin yang membuat Minhwa terkekeh.

“Kalau begitu pilih saja yang kau suka.. kenapa menyuruhku memilih?” protes Minhwa sambil menghardik adiknya.

“Anii! Anii! Kita ambil ini!” seru Harin sambil menunjuk kalung yang Minhwa pilih tadi. “Ahjussi! Saya ambil kalung yang ini!!” seru Harin memanggil penjaga toko. Sosok paruh baya dalam toko itu yang dipanggil Harin tadi mendatangi Minhwa dan Harin, lalu melihat kalung yang ditunjuk Harin.

“Maaf nona. Kalung ini sudah dipesan.” Ucap ahjussi itu membuat wajah Harin yang tadinya begitu antusias mendadak cemberut kecewa.

“Kami akan membelinya sekarang..” kata Harin mencoba melobi, namun penjaga toko itu menggeleng.
“Benda ini sudah dibeli, hanya saja belum diambil oleh pemiliknya..”
Keterangan dari ahjussi itu membuat Harin mendecak kesal. Minhwa yang melihat adiknya begitu kecewa langsung mencoba mengalihkan perhatian Harin dengan memilih kalung yang lain.

“Bukankah yang ini juga bagus?” tanya Minhwa kepada Harin. Harin menoleh ke arah Minhwa, namun Harin menggelengkan kepalanya.

“Itu tidak bagus jika eonni yang pakai..” jawab Harin polos. Ia kembali sibuk mencoba melobi penjaga toko itu.

“Kami akan membeli ini dengan harga dua kali lipat, bagaimana?” tanya Harin yang membuat Minhwa membelalakkan matanya.

Ahjussi itu tersenyum, namun tetap menggeleng. “Jika anda memang sangat menginginkannya, lebih baik anda menemui pembeli kalung ini. Siapa tau ia mau menjual kalungnya kepada anda.” Usul penjaga toko itu. Harin menjentikkan jarinya.

“Ahjussi benar. Tapi.. dimana pemilik kalung ini?” tanya Harin.
Penjaga toko itu menunjuk toko alat musik yang terletak beberapa blok dari toko yang ia jaga. “Tadi ia bilang akan membeli sesuatu dulu disana. Mungkin dia masih ada disana.” Terangnya.

“Seperti apa orangnya?” tanya Minhwa yang ingin membantu adiknya.

“Seorang perempuan. Ia memakai mantel coklat panjang dan kacamata hitam. Ia tidak terlalu tinggi, tapi juga tidak terlalu pendek. Satu lagi, rambutnya berwarna hitam panjang bergelombang, digerai.” Jelas ahjussi itu.

“Wahh.. ahjussi mengingatnya dengan sangat detail. Kamsahamnida ahjussi.” Kata Harin sambil membungkuk kepada ahjussi itu. Ahjussi itu membalas hormat Harin dengan anggukan. Minhwa juga segera memberi hormatnya dan segera mengejar adiknya yang sudah berlari duluan meninggalkan Minhwa.

Toko itu sangat sepi. Hanya ada seorang namja yang duduk di dekat meja kasir dan yeoja yang berdiri disana. Ia terlihat seperti sedang sibuk memilih gitar yang ada disana. Yeoja itu persis seperti yang digambarkan ahjussi penjaga toko perhiasan tadi. Harin langsung menghampiri yeoja itu, sedang Minhwa berjalan pelan di belakang Harin mengikutinya.

“Agashi?” Harin memanggil yeoja itu pelan. Yeoja itu menoleh ke arah Harin, lalu melepas kacamata hitamnya.

Betapa kaget Harin dan Minhwa yang baru mengetahui bahwa yeoja itu adalah Minah. Harin langsung menundukkan kepalanya, sedangkan Minhwa mengalihkan perhatiannya, pura-pura melihat gitar yang ada disana.

“Ada apa?” tanya Minah ramah. Harin menelan ludahnya, memaksakan diri menatap wajah imut yeoja yang ada dihadapannya sekarang.

“A.. apa.. anda memesan kalung di toko perhiasan yang ada di sebelah sana tadi?” tanya Harin terbata-bata. Minah mencoba menelaah apa yang dikatakan Harin.

“Ahh.. kalung berlian itu?”
Harin mengangguk mendengar Minah yang ingat kalung itu.

“Aku.. aku sangat membutuhkan kalung itu.. bolehkah.. aku membelinya?” tanya Harin ragu. Minah mengerutkan dahinya. “Ah! Aku akan membelinya dengan harga dua kali lipat jika kau mau!” seru Harin membuat mata Minah membulat.

Minah tampak mempertimbangkan hal itu. Ia menggigit bibir bawahnya. “Sebenarnya.. aku bisa memberikannya padamu jika kau memang membutuhkannya.. tapi.. aku harus tanya pada temanku dulu..” ucap Minah yang membuat Harin hampir berteriak karena ia hampir berhasil mendapatkan kalung itu. “Temanku hanya ke kamar mandi sebentar.. jadi kau tunggu saja sebentar disini..” ucap Minah yang membuat Harin mengangguk senang.

“Apa kau sudah selesai memilih?”

Harin dan Minhwa menoleh saat tiba-tiba mendengar orang yang bertanya. Mereka berdua langsung membeku di tempat saat sadar siapa yang bertanya. Orang yang bertanya itu juga tak kalah kagetnya melihat Minhwa dan Harin.

“Ne. Aku rasa yang ini bagus..” kata Minah yang membuat Harin dan Minhwa saling bertatapan.
Suasana hening. Minah yang tak tau mengapa semua orang menjadi diam tiba-tiba teringat permintaan Harin tadi.

“Oh iya, Seokjin-ssi. Yeoja ini.. dia ingin membeli kalung berlian itu. Ia bilang ia sangat membutuhkannya. Apa kau mau memberikannya padanya? Aku rasa ia lebih membutuhkannya daripada kita..”
Ucapan Minah sontak membuat kaki Minhwa dan Harin melemas. Minhwa langsung membungkukkan badannya, ijin untuk keluar sebentar. Harin langsung mengikuti Minhwa. sedangkan teman Minah yang tadi dipanggil Seokjin langsung mengejar dua yeoja itu. Minah yang ditinggal disana sejenak bingung, namun ia segera menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu kembali mengamati gitar yang ada disana.
***

Minhwa langsung berlari menuju lift yang ada disana, lalu menekan B3, lantai dimana ia memarkirkan mobilnya. Beruntung Harin dapat mengejar Minhwa sehingga ia tidak kehilangan kakaknya.

“Eonni, apa kau baik-baik saja?” tanya Harin khawatir saat lift mulai bergerak turun. Minhwa hanya tersenyum simpul. Harin tau bahwa senyum itu berarti ia tidak baik-baik saja.

Denting lift menyadarkan Harin dan Minhwa bahwa mereka sudah sampai. Harin dan Minhwa langsung keluar dan berjalan menuju mobil mereka. Namun langkah mereka seketika terhenti ketika melihat seorang namja tlah berdiri di dekat mobil mereka.

“Minhwa!!”
Panggilan namja itu membuat Minhwa yang tlah berbalik menghentikan langkahnya. Namja itu langsung berjalan mendekati Harin dan Minhwa.

“Minhwa-ya..”
Panggilan itu membuat Harin melangkah menjauh dari Minhwa menuju mobil mereka. Ia tau Jin dan Minhwa membutuhkan waktu untuk bicara.

Jin meraih tangan kanan Minhwa, lalu membalikkan badannya. Ia tatap yeoja yang sekarang sedang menatapnya dengan wajah sendu dan mata berkaca-kaca. Jin yang tak kuat melihat yeoja yang ia sayangi menangis langsung menarik Minhwa kedalam pelukannya.

“Nappeun namja!” seru Minhwa yang kini tak dapat menahan tangisnya. Jin menghela nafasnya. Ia tau pasti Minhwa akan seperti ini. Jin langsung mengelus rambut hitam panjang Minhwa, mencoba menenangkannya.

“Kau tau betapa aku mengkhawatirkanmu? Kau tau betapa aku merindukanmu? Kau tau betapa aku membencimu? Aku membencimu, Kim Seok Jin!! Aku membencimu!!” seru Minhwa disela tangisnya.

Jin mengeratkan pelukannya. Ia tau Minhwa menahan beban yang sangat berat selama ini. Ia membiarkan Minhwa melepaskan bebannya dengan menangis di pelukannya. Ia tau selama ini Minhwa hanya menahannya, tak berani mengatakan kepada siapa-siapa tentang apa yang ia rasakan.

“Lepaskan aku, Kim Seok Jin!! Aku membencimu!!” seru Minhwa. Namun Jin menggeleng. Ia masih merindukan yeoja itu. Yeoja yang selama satu bulan ini begitu ia rindukan. Satu-satunya yeoja yang ia miliki.

“Oh?! Jin?! Dia siapa?!”

Pertanyaan itu membuat Minhwa segera melepaskan pelukan Jin. Jin menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat Minah menatapnya dengan wajah bingung penuh tanda tanya.

“Apa yang kau lakukan pada yeoja itu?” tanya Minah lagi. Saat itu Minhwa mau melangkah pergi, namun jin dengan cekatan langsung meraih tangan Minhwa, membuat Minhwa tak bisa pergi.

“Yak! Kau apakan yeoja itu? Apa kau menyakitinya?” tanya Minah lagi. Kali ini ia langsung berjalan mendekati Minhwa dan Jin. Minhwa mencoba melepaskan genggaman tangan Jin, namun sia-sia. Tenaga Jin lebih besar daripada tenaga yang Minhwa miliki sekarang. Minhwa hanya pasrah sekarang.

“Nona, apa kau baik-baik saja?” tanya Minah kepada Minhwa, namun Minhwa malah memanglingkan wajahnya. Minah langsung beralih menatap Kim Seok Jin. “Yak! Kau apakan dia?” tanya Minah pada Jin.

Jin mengangkat genggaman tangannya. “Aku tidak bisa melepasnya. Karena itu ia menangis..” ucap Jin yang membuat Minah memukulnya.
“Aku tak bercanda, Kim Seok Jin!”

“Aku juga tak bercanda. Aku memang tak bisa melepaskannya. Tak bisa.. dan tak akan pernah bisa melepaskannya.”

Minah langsung menatap Minhwa khawatir. “Nona, apa kau tidak apa-apa? Maafkan Jin ya.. dia memang sering seperti ini..”

Jin langsung melirik ke arah Minah. “Kapan aku seperti ini? ini pertama kalinya aku seperti ini..” ucap Jin yang kali ini langsung menarik Minhwa kembali ke pelukannya. Minah membelalakkan matanya, tak kalah kaget dari Minhwa. Minhwa meronta, mencoba melepaskan pelukan Jin, namun tak bisa karena Jin memeluknya erat.

“Yak! Kim Seok Jin! Apa yang kau lakukan?” kesal Minah yang kasihan melihat Minhwa.

“Kenapa? Memangnya aku tidak boleh memeluk yeojachinguku?”
Pernyataan Jin membuat mata Minah membulat. “M.. mwo?!” kaget Minah.

“Kau tau.. satu bulan ini aku tidak bertemu dengannya. Aku pikir aku akan mati jika tidak menemuinya hari ini.” ucap Jin sambil perlahan melepas pelukannya, lalu menghapus bekas air mata Minhwa yang membasahi pipinya. “Aku membuatnya begitu khawatir.. aku juga membuatnya begitu merindukanku.. dan sekarang ia bilang ia membenciku. Aku harus bagaimana?” tanya Jin pada Minah. Minah masih ‘blank’, belum mengerti dengan apa yang terjadi.

“Ja.. jadi yang kau bilang yeoja yang marah padamu itu dia? Bukan fansmu atau agensimu?”

Jin menganggukkan kepalanya, lalu menatap Minhwa dengan senyum manisnya. “Dia lebih menakutkan dari Bang Shi Hyuk PDnim dan sesaeng fans. Karena jika aku kehilangannya, aku bukan siapa-siapa lagi..” ucapnya tulus.
Saat itu, Minhwa kembali jatuh pada pesona sosok Kim Seok Jin. Sosok Seok Jin yang penyayang dan begitu dewasa. Sosok Seokjin yang begitu ia cintai. Sosok Seokjin yang begitu ia rindukan.

Melihat drama nyata yang ada dihadapannya Minah tersenyum senang. Ia mengerti mengapa Jin begitu kacau saat terakhir ia temui saat itu. Pasti karena yeoja yang sekarang ada dihadapannya. Minah langsung teringat sesuatu, lalu mengeluarkan kotak sedang dari tasnya.

“Ini milikmu..” kata Minah sambil menyerahkan kotak itu. Minhwa menatap bingung kotak itu. Jin merebut kotak itu dan langsung membukanya. Minhwa membelalakkan matanya ketika tau isinya kalung berlian tiga karat yang tadi ia pilih. Jin langsung mengambil kalung itu dan memakaikannya kepada Minhwa.

“Lihat.. kau tambah cantik memakai kalung itu..” kata Jin sambil tersenyum bangga.
“Aku yang membantu Seok Jin memilihnya..” ucap Minah tiba-tiba membuat senyum Jin sirna.

Minhwa memegang kalung yang kali ini ada di lehernya itu. “Gomawo.. tapi ini..”
“Saengil Chukkae..” ucap Jin memotong kata-kata Minhwa. Minhwa langsung menatap mata coklat Jin yang penuh rasa ketulusan itu. Minhwa terkekeh sejenak, lalu memeluk Jin erat.

Jin yang kaget dengan reaksi mendadak Minhwa langsung membelalakkan matanya. “W.. wae?”

Minhwa melepaskan pelukannya, lalu tersenyum penuh arti. Jin mencoba mengartikan senyum Minhwa.
“Jangan katakan padaku kalau kau lupa hari ini kau ulang tahun..” ucap Jin yang sepertinya menyadari satu hal. Minhwa terkekeh dan kembali memeluk namja yang ia rindukan. Jin membalas pelukannya itu. “Aihh.. yeojaku ini benar-benar pelupa yang hebat. Tanggal kelahirannya sendiri saja lupa. Bagaimana jika aku tidak mengingatkannya tadi..” ledek Jin yang membuat Minhwa mencubit Jin.

“Aku tak akan memaafkanmu..” kata Minhwa sambil tersenyum.
“Aku tak akan melepaskanmu..” kata Jin tak mau kalah.

Minah tersenyum senang melihat Minhwa dan Jin yang terlihat begitu romantis, sedangkan Harin yang melihat adegan itu dari jauh hanya dapat tersenyum simpul. Seperti itulah cinta bodoh mereka. Tanpa terasa air mata mengalir di pipi Harin. Ia langsung cepat-cepat menghapus air matanya itu. Semoga kalian bahagia..
***