[Fanfiction] Bad Girl Good Girl || Part 2

Title       : Bad Girl Good Girl

Cast       :

  • Jung Minhwa
  • Kim Taehyung
  • Kim Seokjin
  • Min Yoon Gi
  • Park Jimin
  • Jung Hoseok
  • And other cast ^^

 

Happy reading~

 

Hoseok menerobos masuk kamar Minhwa tanpa mengetuk pintu, membuat Minhwa yang sedang menonton film teralih perhatiannya dari TV yang ada di kamarnya.

“Kenapa oppa masuk tanpa mengetuk pintu?” protes Minhwa.

Hoseok tidak menjawab pertanyaan Minhwa. Ia terdiam sejenak menatap Minhwa, lalu melepar buku tabungan ke hadapan Minhwa. Gadis itu hanya dapat menatap Hoseok bingung.

“Dari mana kau dapatkan uang sebanyak itu?” tanya Hoseok dengan nada yang dingin.

“Yaa.. dari sana-sini..” jawab Minhwa setengah bercanda tetapi Hoseok tidak berfikir begitu.

“Kau pikir aku sedang bercanda?”

Ujaran kakaknya membuat Minhwa mendesah pelan. “Apa aku tidak boleh memiliki uang banyak?” tanyanya sambil mematikan televisinya.

“Kau dapat dari mana uang itu?” tanya Hoseok yang tak bergeming dari pertanyaan awalnya.

“Itu..”

“Cepat katakan..” paksa Hoseok.

Minhwa mengedikkan bahunya. “Dari sana-sini. Banyak mantanku yang mengirimiku uang. Ada juga beberapa klien kita yang mengirim uang sebagai tanda terima kasih. Aku.. mendapatkannya dari sana-sini..” jelas Minhwa.

“Kau pikir itu masuk akal?”

Minhwa menganggukkan kepalanya mantap. “Tentu saja. Bahkan jika aku mau menelpon Taehyung sekarang dan mengatakan kalau kakakku mengalami kesulitan dana untuk menjalankan bisnisnya, ia akan langsung memberiku 600 juta won dengan cuma-cuma..”

Hoseok menghela nafas berat. “Kau pikir semua selesai dengan uang?”

Minhwa kembali menganggukkan kepalanya. “Tentu. Bukankah uang dibayar dengan uang?”

Hoseok melipat tangannya ke depan dada. “Apa kau pikir aku menerima tawaran Kim Seok Jin karena uang?”

“Lalu apa lagi? Bukankah kita hidup seperti ini juga karena uang? Menghancurkan hubungan seseorang, mempersatukan seseorang dengan orang yang sebenarnya bukan jodohnya, bermain dengan cinta yang sebenarnya merupakan takdir Tuhan, bukankah itu semua karena uang?” tanya Minhwa dengan nada yang sedikit tinggi, membuat kakaknya mendesah untuk yang kesekian kalinya, mencoba menahan amarahnya.

“Jin tau semuanya. Ia tau semua mengenai bisnis kita. Ia akan melaporkan kita ke polisi jika kita tidak mau menerima tawarannya.”

“Ia tidak memiliki bukti yang kuat untuk menuntut kita..”

Hoseok menggelengkan kepalanya. “Orang tua Kim Taehyung adalah rekan bisnis ayah Jin. Ia sudah tau apa yang kita lakukan pada Taehyung. Ia akan menuntut kita dengan pasal berlapis atas kebohongan yang direncanakan dan penipuan kita jika kita tidak melakukan apa yang ia mau..” jelas Hoseok yang membuat Minhwa mendecak pelan.

“Beraninya ia mengancam. Memang berapa yang ia tawarkan?” tanya Minhwa.

“2 M. 1 M tlah masuk ke rekeningku, beberapa menit yang lalu.” Jawab Hoseok yang membuat Minhwa mengerutkan keningnya.

“Apa dia gila?”

Hoseok menganggukkan kepalanya. “Ya.. dia gila karena satu wanita.. Cinta pertamanya..”

“Song Hyo Sun..”

Desisan Minhwa itu terdengar di telinga kakaknya, membuat Hoseok sedikit memiringkan kepalanya. “Kau tau dia?”

Minhwa menganggukkan kepalanya. “Aku tau semuanya. Hyosun.. satu-satunya teman yang aku miliki.”

“Jadi.. Jin jatuh cinta dengan temanmu?” tanya Hoseok mencoba memastikan.

“Molla.. Aku benar-benar tidak mau melakukan proyek ini.. Jika oppa ingin melakukannya maka lakukan sendiri..” kata Minhwa sambil berjalan keluar dari kamarnya menuju dapur.

“Minhwa..” panggil Hoseok yang mengikuti Minhwa keluar.

“Aku menolaknya. Oppa lakukan sendiri saja.. jangan ikutkan aku..” ucapnya saat menuangkan air putih ke gelasnya.

“Minhwa-ya..” Hoseok mencoba untuk mencairkan kekeraskepalaan adiknya.

“Apa ia tau mengenai aku?! Kenapa ia melakukan ini semua?! Apa ia ingin melakukan balas dendam karena aku telah menyakiti Taehyung?!” kesal Minhwa sehabis meneguk segelas penuh air putihnya.

“Ini semua tidak ada hubungannya denganmu, Minhwa. Aku sudah memastikannya, dan ia tidak mengenalmu. Ia hanya sebatas tau hingga orang yang memberi kita proyek untuk memisahkan Taehyung dengan Jiyoung, tidak ada sangkut pautnya denganmu dan kita. Sepertinya ia menyewa mata-mata pada Taehyung selama ini..”

Penjelasan Hoseok membuat Minhwa menoleh menatap kakaknya. “Jadi.. Dia tau semuanya?” tanyanya ragu.

Hoseok mengangguk. “Ya. Semuanya, tetapi tidak dengan tim dan rencana kita. Kau tau semua yang kita kerjakan sangatlah halus..”

Minhwa mendesah pelan. “Lalu apa yang akan oppa lakukan?”

“Aku akan melakukan apa yang kau ingin lakukan. Jimin mengatakan padaku untuk mendengarkanmu kali ini, karena ia sangat mengkhawatirkanmu.”

Jawaban kakaknya membuat ia menggigit bibir bawahnya. Keputusan kini ada di tangannya, antara ia akan melakukan atau tidak.

“Pikirkan ini matang-matang, Min.. Jangan egois memikirkan dirimu sendiri.. Pikirkan juga Jimin, Yoon Gi hyung, ibu, dan aku.. Tuntutan itu akan menyita seluruh waktu dan uang kita, menjadikan kita tersangka hingga akhirnya kita membusuk di penjara.. Lebih baik kau pikirkan betul-betul keputusanmu..” kata Hoseok sebelum berjalan meninggalkan Minhwa sendiri di dapur.

Minhwa terdiam sejenak, terlihat seperti berfikir. Ia selalu saja tidak bisa menolak jika hal itu berhubungan dengan keluarganya terutama ibu. Ia tak masalah dengan penjara dan sebagainya, namun ibunya dalam keadaan bahaya karena tak ada yang bisa menjaganya selain Minhwa.

“Oppa! Bisakah aku lihat semua dokumen tentangnya??”

Permintaan Minhwa menghentikan langkah Hoseok yang hampir sampai di ruang keluarga. Hoseok menolehkan kepalanya dan tersenyum penuh kemenangan. Ia membentuk simbol OK dengan tangan kanannya sebelum pergi untuk mengambil dokumen-dokumen yang diminta Minhwa.

***

“..Song Hyo Sun, 20 tahun, seorang waitress di salah satu kafe besar di daerah Gangnam. Ia dulu adalah pacar Jin sewaktu SMA dan..”

“Aku tau! Aku sudah membacanya tadi! Mengapa kau menjelaskannya lagi?! Kau pikir aku bodoh?!” omel Minhwa pada Jimin saat ia membaca data mengenai Song Hyo Sun.

“Kenapa kau tiba-tiba emosian seperti ini? Kau membuatku takut..” ujar Jimin sambil sedikit menjauhkan posisi duduknya dari Minhwa.

“Jelaskan yang satunya..” suruhnya.

Jimin segera mengambil kertas yang lain. “..Jeon Jungkook, 18 tahun, siswa Seoul of Performing Arts. Dia pacar Hyosun sekarang..”

Minhwa menganggukkan kepalanya. “Jadi Jungkook lebih muda..”

“Dia adik Kim Seok Jin..” ucap Jimin saat meneruskan bacaannya, membuat Minhwa menatap Jimin aneh.

“Adik? Bukankah Seok Jin dibesarkan di panti asuhan?”

Jimin menganga mendengar pertanyaan Minhwa. “Bagaimana kau tau bahwa sebenarnya Jin bukan anak kandung Presdir Kim?”

Minhwa mengibas-kibaskan tangannya. “Tidak udah banyak tanya.. jawab saja..” suruhnya.

“Presdir Kim mengangkat Jin saat ia lulus SMA. Beliau yang mengkuliahkan Jin dan membuat Jin sesukses sekarang..” ujarnya dengan nada kesal.

“Lalu Jeon?”

“Dia anak tiri dari pernikahan lama istrinya. Presdir Kim tidak memiliki anak kandung..” jawab Jimin yang membuat evil-smile Minhwa terlukis di wajahnya.

“Jadi ini perang antara anak angkat dan anak tiri hanya untuk gadis penjaga kafe? Konyol sekali..” kata Minhwa sambil terkekeh mengetahui kenyataan yang ada.

“Itu tak sekonyol yang kau pikirkan.. Presdir Kim sangat tidak menyukai yeoja itu..” ujar Jimin mencoba memperingatkan Minhwa, membuat senyuman Minhwa memudar seketika.

“Kenapa kau jadi mengurusi yeoja itu? Aku hanya harus membuat Hyosun menjadi milik Jin kan? Aku tak memiliki urusan apapun dengan Presdir Kim..” timpal Minhwa sambil mendecak kesal.

“Lalu kau akan melakukan apa?” tanya Jimin sambil merapikan kertas-kertas yang berserakan di meja.

“Pertama buat aku dekat dengan Jungkook. Lalu buat situasi sulit untuk Hyosun hingga Jin yang selalu ada disisinya. Aku akan menahan Jungkook..” jawab Minhwa yang membuat Jimin menatapnya kagum.

“Yaa.. kau ini benar-benar penjahat cinta.. memisahkan orang berpacaran demi kontrak 2 milyar..” ledek Jimin yang hanya ditanggapi Minhwa dengan sebuah kedikan bahu.

“Aku sudah pernah memisahkan orang yang sudah menikah.. jadi ini hanya perkara kecil bagiku..” timpal Minhwa sambil tersenyum penuh kemenangan.

“Apa kalian sudah selesai diskusinya?” tanya Hoseok yang menghampiri Minhwa dan Jimin di sofa ruang keluarga.

“Yaa.. hanya tinggal mengurus beberapa hal kecil..” jawab Minhwa sambil membantu Jimin merapikan kertas-kertas disana.

“Oppa, kau bisa membuat aku dekat dengan Presdir Kim, bukan?” tanya Minhwa saat merapikan kertas-kertas itu.

Hoseok mengelus rambut adiknya penuh kasih sayang. “Tentu saja. Apapun untuk melancarkan aksimu, Jung Min Hwa..”

***

Pagi hari yang begitu cerah membuat Minhwa begitu bersemangat untuk memulai aksinya hari ini. Ia sudah menyiapkan semuanya semalam dan ia sudah bersiap untuk menjalankan rencana kejamnya.

“Kau sudah mau berangkat?” tanya Hoseok yang sedang merapikan meja makan saat melihat Minhwa keluar dari kamarnya sudah berpakaian rapi.

“Yaa.. tapi oppa, apa bisa aku minta satu hal?” tanya Minhwa saat berjalan menuju meja makan.

“Apa itu?”

Minhwa menarik salah satu kursi disana. “Aku ingin rencana kita jalan diam-diam. Aku tak ingin Seokjin mencampuri urusan kita. Laporkan saja hal-hal yang harus Jin lakukan, dia tak perlu tau akulah dalang dibalik semua ini..” kata Minhwa saat duduk.

Hoseok menganggukkan kepalanya. “Oppa tau.. mana mungkin oppa membunuh adik sendiri..” ujarnya sambil mengacak-acak rambut adiknya, membuat Minhwa mengerucutkan bibirnya.

“Kau sudah mau berangkat?” tanya Jimin saat ia turun dari tangga dan melihat Minhwa telah duduk manis di meja makan dengan pakaian yang begitu rapi.

“Menurutmu jika aku berpakaian seperti ini aku mau tidur?” protes Minhwa saat Jimin berjalan menghampirinya.

“Kau benar-benar menyebalkan akhir-akhir ini..” celetuk Jimin saat duduk di seberang tempat duduk Minhwa.

“Lalu kenapa kau masih menggunakan kaos singlet seperti itu, ha?” omel Minhwa melihat Jimin yang masih dalam keadaan setengah sadar dari tidur panjangnya.

“Aku? Memangnya kenapa?” bingung Jimin sambil melihat pakaian yang ia kenakan.

“Kau harus mengawasiku, bodoh!” seru Minhwa yang membuat Jimin menganga tak percaya karena ia dipanggil bodoh.

“Aku?”

Yoon Gi yang baru saja bergabung langsung ikut ambil suara dalam perdebatan kedua hoobaenya. “Siapa lagi? Kau ingin aku yang melakukannya?”

Ucapan Yoon Gi membuat mulut Jimin menganga lebih lebar karena tak percaya dengan apa yang ia dengar sekarang. “Hahh.. aku benar-benar kesal sekarang.. Arrrggghh!!!” teriak Jimin yang kehilangan akal sehatnya di pagi hari.

“Cepatlah siap-siap setelah makan..” ujar Hoseok yang membuat Jimin diam. Jimin mengerucutkan bibirnya.

“Arrasseo..” ucapnya sebelum mulai menyantap sandwichnya.

***

 

Leave a comment