[Fanfiction] I’m Not Her (Not Me!!) || Chaptered || Prolog

Min Yoon Gi Suga BTS

Title: I’m Not Her (Not Me!!)

Author: Ace Min

Cast:

  • Yoon Harim (OC)
  • Kim Tae Hyung/ V (BTS)
  • Jung Haneul (OC)
  • Min Yoon Gi/Suga (BTS)
  • And other cast

Genre: Romance

Rating : T

Length : Chaptered

Dan lagi, aku masih belum sadar bahwa aku telah kehilangannya, –Yoon Gi

Prolog

“Bukankah sudah aku katakan untuk memenangkan tender ini apapun yang terjadi? Apa gunanya kau bekerja disini jika kau tidak bisa mendapatkan tender itu?!” omel Yoon Chan Suk, Presiden Direktur Byunghan, perusahaan yang berkonsentrasi pada apartemen dan perhotelan terbesar di Korea.

“Agashi, kau tidak boleh menerobos masuk..”
Suara sekretaris Kim yang terdengar di telinga Yoon Chan Suk membuat ia menghentikan kegiatannya untuk mengadili bawahannya. Tak lama setelah itu, ia melihat Yoon Harim, putrinya masuk ke ruangannya diikuti Sekretaris Kim yang mencoba untuk menahan perempuan itu. Presdir Yoon menyunggingkan senyumnya melihat perempuan belia yang baru menginjak 20 tahun bulan lalu itu memasang wajah yang ditekuk-tekuk saat masuk ke ruangannya.

Sekretaris Kim yang melihat baru ada hal penting yang presdir bicarakan dengan pegawainya langsung membungkukkan badannya. “Maafkan aku presdir, aku tidak bisa menahan nona untuk..”

Presdir Yoon tersenyum dan menganggukkan kepalanya, mengerti. “Aku tau.” Ucap Presdir Yoon memotong penjelasan Sekretaris Kim. “Kau bisa kembali ke tempatmu sekarang..” lanjut presdir Yoon. Sekretaris Kim segera meninggalkan ruang kerja Presdir Yoon.
“Apa kau masih mau disini?” tanya Presdir Yoon pada pegawai yang tadi ia omeli itu. Pegawai itu langsung membungkukkan badannya dan berjalan cepat meninggalkan ruangan itu.

Kini hanya tinggal ia dan putrinya yang ada di ruangan itu.
“Kenapa kau datang ke kantor appa tanpa menghubungi appa terlebih dahulu?” tanya Presdir Yoon sambil berjalan ke arah sofa.

“Sebenarnya apa rencanamu, appa? Menjodohkanku dengan Kim Taehyung? Yang benar saja..”

Presdir Yoon tak mampu menahan tawanya saat anaknya memprotes tentang rencana perjodohannya dengan Kim Taehyung, putra kedua dari CEO Samsung group.
“Duduklah dulu.. mari kita bicarakan baik-baik..” ajaknya sambil menepuk sofa sampingnya. Sebelumnya Harim bersikukuh tidak mau duduk disana, namun pada akhirnya ia luluh dan memutuskan untuk duduk di samping ayahnya.
“Memangnya kenapa dengan Taehyung? Bukankah Taehyung itu tampan?”

Harim menggelengkan kepalanya cepat. “Dia aneh. Aku sudah bilang aku tak mau berurusan dengan Kim Taehyung lagi.. Aku akan benar-benar pergi ke Amerika jika appa masih berusaha menjodohkanku dengan dia..” ujarnya yang membuat ayahnya terkekeh.

“Harim-ya, kau ini sudah berumur 20 tahun.. Tapi sampai sekarang kau sama sekali tidak mau menjalin hubungan dengan pria manapun. Appa hanya khawatir padamu..”

“Apa appa berfikir kalau aku menyukai sesama perempuan?”

“Bukan begitu.. hanya saja..”

“Tidak. Sudah cukup. Aku tidak mau mendengar penjelasan dari appa lagi.” Potong Harim. “Aku yang menentukan dengan siapa aku akan menikah nanti, jadi jangan pernah menjodohkanku dengan siapapun..”

Presdir Kim menggosok-gosok dagunya pelan. “Apa kau benar-benar tidak tertarik dengan Kim Taehyung?”

“Tidak. Sekali tidak tetap tidak, appa.” Tolak Harim mentah-mentah.

“Tapi sepertinya ia menyukaimu..”

Harim berdiri dari duduknya. “Sudah aku bilang tidak!! aku tidak mau!!! aku tidak suka!! Jadi berhentilah menjodohkanku dengannya!” serunya kesal dan langsung meninggalkan ayahnya. Presdir Yoon yang melihat putrinya mengamuk itu malah tersenyum. Menurutnya Harim sangat lucu saat ia merajuk seperti itu.
***
Angin musim semi sore ini masih terasa begitu dingin, namun tidak membuat niat Yoon Gi untuk berjalan-jalan sore batal. Ia benar-benar berharap bisa keluar dari ruangan sore ini, setidaknya untuk menghirup udara segar di luar ruangannya.

“Apa kau sudah lama menungguku?” tanya Haneul saat masuk ke apartemen Yoon Gi. Yoon Gi memutar arah kursi rodanya sehingga dapat melihat Haneul dengan jelas.

“Kau tau, di luar masih cukup dingin, jadi kita jalan-jalan ke taman saja yaa?” tawar Haneul sambil meraih mantel Yoon Gi yang ada di sofa. Yoon Gi menganggukkan kepalanya pelan. Haneul segera memakaikan mantel itu. Setelah dirasa cukup hangat, perlahan ia mendorong kursi roda itu keluar dari apartemen menuju lift.

“Apa kau tadi sudah meminum obatmu?” tanya Haneul saat ia menekan tombol lift ke lantai dasar.

Yoon Gi menganggukkan kepalanya. “Aku hanya tidak meminum obat tidurnya,” jawab Yoon Gi yang membuat seulas senyum terpampang di wajah Haneul.

“Tak apa.. kau bisa meminumnya setelah pulang dari taman nanti.” Ujar Haneul mencoba membesarkan hati Yoon Gi. Selama ini Yoon Gi memang tergantung dengan obat anti depresan yang diberikan dokter untuk menenangkan dirinya. Namun obat yang ia minum sekarang tak sebanyak dulu, ia hanya meminumnya jika memang ia membutuhkannya seperti saat ia mau pergi seperti ini.

Suara dentingan lift menandakan bahwa mereka tlah sampai lantai bawah. Mereka segera keluar menuju taman. Namun baru sampai lobi, Yoon Gi memegang tangan Haneul, membuat Haneul berhenti mendorong kursi rodanya.

“Ada apa Yoon?” tanya Haneul bingung.

“Aku melihat Minhwa..” jawab Yoon Gi yang membuat Haneul mengernyitkan dahinya. Sudah beberapa bulan ia tidak menyebut nama Minhwa dan melihat bayangan yeoja itu, tapi sekarang kenapa ia menyebutnya lagi?

“Bisakah kita ke arah sana?” pinta Yoon Gi sambil menunjuk pintu keluar gedung tersebut namun dari samping, bukan pintu utama. Haneul yang hanya menemani Yoon Gi akhirnya menurut pada namja itu dan mendorongnya ke arah yang ia tunjuk.

Saat mereka sampai luar, Haneul melihat seorang yeoja yang sedang berjalan menuju sebuah mobil hitam yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang. Ia mencoba mengamati dengan cermat yeoja itu, namun ia tak menemukan satupun kesamaan antara yeoja itu dengan Minhwa yang ia kenal.
“Apa perempuan itu yang kau bilang Minhwa?” tanya Haneul. Yoon Gi menganggukkan kepalanya.

“Dia sangat mirip dengan Minhwa. Meskipun dia bukan Minhwa..” jawab Yoon Gi yang membuat Haneul speachless. Yoon Gi memang benar-benar tidak bisa melupakan Minhwa bahkan setelah terapi yang cukup lama ia lakukan.

“Minhwa sudah tiada Yoon.. Jangan mengada-ada lagi.. Kau membuatku khawatir..” ujar Haneul sambil mengamati mobil hitam itu yang mulai melaju.

Yoon Gi menganggukkan kepalanya lemah. “Aku rasa aku tidak bisa keluar hari ini. Kita kembali kedalam saja..” ucap Yoon Gi.

Miris. Itulah perasaan Haneul sekarang. Ia merasa begitu kasihan dengan Yoon Gi yang dipaksa untuk melupakan Minhwa yang menjadi alasan ia hidup selama ini hingga ia menjadi seperti sekarang. Setiap ia mengingat Minhwa, ia akan langsung meminta diantar pulang, meminum obat tidurnya, lalu tidur dengan iringan musik klasik yang tenang agar bayangan tentang Minhwa tak kembali terngiang di kepalanya.

Senyuman Yoon Gi yang dulu sering ia lihat memudar semenjak hari dimana Minhwa meninggalkannya. Ia begitu dingin. Bahkan menurut Haneul, Yoon Gi tidak tau lagi bagaimana cara tersenyum.
***
“Ada apa Profesor memanggilku?” tanya Haneul saat ia masuk ke ruangan Profesor Kim. Ia melihat ada seorang yeoja yang berdiri disana. Ia mengernyitkan dahinya. Ia seperti pernah melihat yeoja itu di suatu tempat, namun ia tidak dapat mengingatnya.

“Perkenalkan, dia Yoon Harim. Ia mahaiswa baru pindahan dari University of Canbridge, aku berharap kau dapat berteman baik dengannya..” ucap presdir Kim mencoba memperkenalkan.

“Annyeong haseyo, Yoon Harim imnida..” sapa yeoja berambut hitam pekat itu sambil membungkukkan badannya, Haneul membalas sapaan itu.

“Annyeong haseyo, Jung Haneul imnida.. kau dapat memanggilku Haneul..” kata Haneul memperkenalkan diri.

“Ne.. bangapta, Haneul-ssi..”

“Dia akan memiliki jadwal kuliah yang sama denganmu.. Aku ingin kau membantunya beadaptasi disini karena ia sudah lama berada di luar negeri..” ucap Profesor Kim pada Haneul. Haneul hanya bisa pasrah dan menjawab, “ne.”

“Oh iya, Harim. Jika kau menemui kesulitan dalam belajar kau bisa menanyakannya pada Haneul. Ia termasuk salah satu jajaran mahasiswa terbaik kami..” ujar Profesor Kim pada Harim. Harim menyunggingkan senyumnya dan mengangguk pelan.

Perlahan Haneul menyadari sesuatu. Ada yang aneh dengan ini semua. Ia merasa seperti sedang de javu. Ia pernah merasa seperti ini sebelumnya, namun ia benar-benar tidak bisa mengingatnya. Ia rasa ini hal yang tidak begitu baik..
***

Leave a comment